Aku ingat kejadian itu. Kejadian di mana tante Ratna dibunuh oleh seorang lelaki, yang katanya adalah kekasihnya sendiri. Tante Ratna memang seorang janda, dan ia terjerat pesona lelaki yang usianya terpaut jauh lebih muda. Sebab itu pula dulu Maria kerap mengeluhkan perihal ibunya. Setelah kematian tante Ratna, aku tidak tahu lagi tentang kabar Maria atau pun adiknya. Aku terlalu sibuk mengurus kehidupanku sendiri. Padahal jarak rumah kami tak jauh.
"Mungkin Cuma Vina yang sekarang bahagia menikmati hidupnya," ucapku kemudian.
Maria kembali tersenyum mendengar perkataanku. Sepertinya dia memang akan selalu menjadi wanita tersabar yang pernah kukenal. Wanita yang selalu murah akan perihal memberi senyum kepada orang-orang.
"Kita tidak pernah tahu apa yang dihadapi olehnya Aida. Setiap orang pasti memiliki masalah, termasuk Vina. Tinggal bagaimana kita akan menyikapinya. Apakah akan menghadapinya dengan kesabaran dan keikhlasan atau dengan mengeluh dan menyalahkan Tuhan," balas Maria bijak.
Dia tidak pernah berubah. Dari dulu selalu mengagumkan. Tak seperti aku yang banyak keluh.
"Kau benar," balasku kemudian.
Ya, aku kalah. Benar yang Maria katakan, semua orang pasti memiliki masalah. Bahkan kurasa Maria lebih menyedihkan dari padaku.
"Kau tahu, sepeninggal ibu banyak sekali beban yang harus kutanggung," cerita Maria.
"Aku mengerti," balasku seolah tahu semua apa yang terjadi dalam hidup Maria, padahal tidak sama sekali.
"Tidak Aida, kau tidak mengetahui tentang ini kurasa," balasnya.
"Lalu?" tanyaku mulai penasaran.