"Kopi juga tidak apa-apa, maaf aku malah merepotkan," balasku merasa tak enak.
Dia mengibas tangannya sebagai jawaban.
"Kau sudah menikah, Maria?" tanyaku.
Maria justru tertawa mendengar pertanyaanku. Aku tak mengerti, apakah pertanyaanku itu lucu?
"Itu sesuatu yang rumit bagiku, Aida," balasnya kemudian.
"Kenapa?" balasku sedikit terkejut dan penasaran.
"Banyak yang terjadi di hidupku sekian tahun ini, Aida. Vania, apa dia sudah memiliki seorang adik?" balasnya balik bertanya padaku.
"Vania sudah memiliki adik laki-laki berumur tujuh tahun, Maria. Kau seharusnya sudah menikah juga dan punya anak," balasku mencoba bergurau dengannya.
Pesanan kopi untukku datang. Sejenak kami menghentikan pembicaraan.
"Minumlah! Kopi di sini sangat enak. Dulu saat kita masih sama-sama di sini belum ada Orofi Cafe bukan?" ujar Maria.
Aku tersenyum menanggapi ucapannya. Meniup dan menyeruput sedikit-sedikit kopi yang masih panas itu, lalu meletakkannya kembali di meja.