Pendiri teologi pembebasan ini dilahirkan di Peru, dan menghabiskan sebagian besar masa hidupnya dengan hidup dan bekerja di antara orang-orang miskin di Lima. Karya terobosan Gutirrez, A Theology of Liberation: History, Politics, Salvation (1971) ("Suatu Teologi Pembebasan: Sejarah, Politik, Keselamatan"), menjelaskan pemahamannya tentang kemiskinan Kristen sebagai suatu tindakan solidaritas penuh cinta kasih dengan kaum miskin maupun sebagai protes pembebasan melawan kemiskinan.
Menurut Gutirrez, "pembebasan" sejati mempunyai tiga dimensi utama: Pertama, ia mencakup pembebasan politik dan sosial, penghapusan hal-hal yang langsung menyebabkan kemiskinan dan ketidakadilan. Kedua, pembebasan mencakup emansipasi kaum miskin, kaum marjinal, mereka yang terinjak-injak dan tertindas dari "segala sesuatu yang membatasi kemampuan mereka untuk mengembangkan diri dengan bebas dan dengan bermartabat". Ketiga, teologi pembebasan mencakup pembebasan dari egoisme dan dosa, pembentukan kembali hubungan dengan Allah dan dengan orang-orang lain.
Teologi pembebasan dan Gutirrez telah berulang kali diperiksa secara cermat oleh Paus. Bukunya. A Theology of Liberation: History, Politics, Salvation dibahas oleh Kardinal (saat itu) Ratzinger dan ditemukan mengandung banyak gagasan yang dianggap mengganggu.
Pada September 1984, sekelompok uskup Peru dipanggil ke Roma untuk mendengar langsung kecaman terhadap Gutirrez dari Vatikan, namun para uskup itu tetap mendukung Gutirrez. Meskipun Gutirrez sendiri tidak dikenai sanksi, banyak teolog pembebasan lainnya mendapatkan sanksi kepausan. Karena hubungan antara para pengikut teologi pembebasan dan kelompok-kelompok komunis seperti Sandinista (umumnya karena orang-orang miskin dilihat sebagai calon potensial pemberontak komunis) banyak imam yang berpikiran pembebasan dibunuh di negara-negara Amerika Selatan pada tahun 1980-an, yang paling terkenal di antaranya adalah Uskup Agung Oscar Romero [Lihat Gustavo Gutirrez dalam Robert McAffe Brown, Gustavo Gutirrez: Makers of Comtemporary Theology (Atlanta: Pon Knot Press, 1980), hlm. 20-24.]
                          Â
       [8] Vatikan dalam sebuah instruksi menyatakan dukungannya kepada teologi ini dalam kaitannya dengan usaha merefleksikan pembebasan atas realitas kemiskinan. Namun demikian, ada juga perlawanan karena unsur Marxisme yang dipakai sebagai alat analisis sosial dan fokus atas sistem ekonomi sebagai faktor utama dalam situasi penindasan [Lihat H. M. Conn, "Liberation ..." , hlm. 389.]
[9] Leonardo Boff, Trinity and Society (judul asli: A Trindande, a Sociedade e a Libertao), diterjemahkan oleh Paul Burns (New York: Burn and Oates, 1988), hlm. 9.
[10] Leonardo Boff, Trinity ..., hlm. 7.
[11] Leonardo Boff, "Trinity" dalam I. Ellacuria dan J. Sobrino, Mysterium Liberationis, (Maryknoll: Orbis Books, 1993), hlm. 389.
[12] Leonardo Boff, "Trinity" ..., hlm. 390; bdk. Leonardo Boff, Trinity ..., hlm. 20-23.
[13] Leonardo Boff, "Trinity" ..., hlm. 390-391; bdk. Leonardo Boff, Trinity ..., hlm. 20-23.