Gereja menyesuaikan diri dengan pembangunan masyarakat dan mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat. Gereja berperan sebagai ragi dan meneriakkan semangat baru dan jiwa kritis dalam lingkungan pastoral. Melaluinya dasar teologi pembangunan dan teologi pembebasan diletakkan. Dilihat bahwa pergerakan rakyat dan kelompok Kristiani berjuang untuk pembebasan sosial dan politik demi pembebasan yang seutuhnya.
2.1.3 Perkembangan Teologis
Refleksi Teologi Pembebasan[6] lahir dari dialog antara Gereja dan masyarakat, antara perjuangan umat Kristiani dan kerinduan akan transformasi dan kebangkitan pembebasan dari masyarakat. Konsili Vatikan II menciptakan suasana teologi yang berciri bebas dan kreatif. Hal ini memberi semangat bagi para teolog Amerika Latin untuk memikirkan masalah pastoral di antara mereka sendiri.
Pertemuan-pertemuan penting di antara para pemikir Katolik dan Protestan diadakan, yang membawa refleksi hubungan antara iman dan realitas masyarakat. Pada akhirnya lahirlah Teologi Pembebasan yang menekankan keterlibatan perorangan dalam dunia yang didukung oleh ilmu sosial dan liberal. Maka lahirlah teolog-teolog Katolik seperti Gustavo Guitrrez,[7] Leonardo Boff, dan lain-lain.
2. 2 Perumusan
2.2.1 Tahap Dasar
Fondasi dasar Teologi Pembebasan, selain dalam tulisan-tulisan Gustavo Guitrrez, juga dalam tulisan Luis Segundu, Hugo Assman, Lucia Gera, Eduardo Pironio, Segundu Galilea, Raimundo Caramuru, serta dari hasil kursus dan retret dalam kurun waktu 1970-1973. Dari pihak Protestan ada Emilio Castro, Juli de Santa Ana, Rubem Alves, dan Jos Miguez Bonino, serta tokoh-tokoh awam seperti Hctor Borrat, Methol Ferr dan Luiz Alberto Gomz de Souza, yang telah memberikan karya penting dalam menghubungkan teologi dengan ilmu-ilmu sosial. Tahap ini ditandai dengan merepresentasikan Teologi Pembebasan sebagai bagian dari teologi dasar atau teologi fundamental, yang membuka pandangan dan sikap baru terhadap keseluruhan teologi.
2.2.2 Tahap Pembangunan
Tahap kedua berupa usaha memberikan isi dari pendekatan doktrin pembebasan. Tiga hal penting untuk kelangsungan Gereja adalah spiritualitas, kristologi, dan ekklesiologi. Ini ditandai oleh publikasi yang meluas di negara-negara Amerika Latin.
2.2.3 Tahap Pemantapan
Agar memperoleh dasar yang kuat diperlukan dua proses yakni dasar epistemologis (memberikan pengertian) dan tahap pengamatan, yang berlanjut pada tahap penilaian dan tahap pelaksanaan. Dengannya Teologi Pembebasan memberikan sumbangan kepada keseluruhan proses teologi. Proses pemantapan telah dicapai secara efektif melalui perundingan antara para teolog dan para ilmuwan di bidang lainnya kepada proses pembebasan. Banyak dari para teolog menjadi inspirator Gereja bagi masyarakat kelas bawah. Mereka berpartisipasi dalam diskusi epistemologi dan kembali ke basisnya yakni berada di antara masyarakat dan melibatkan diri dalam materi katekese, politik serikat buruh, dan organisasi kemasyarakatan.