Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Trinitas dalam Teologi Pembebasan Leonardo Boff

6 Juni 2024   09:58 Diperbarui: 6 Juni 2024   10:02 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2.2.4 Tahap Formalisasi

Seiring berjalannya waktu, visi asli teologi mengarah pada ekspresi formal. Ini diupayakan lewat usaha pengujian kembali keseluruhan arti dari wahyu dan tradisi untuk membangkitkan dimensi sosial dan pembebasan yang terkandung di dalamnya. Pengujian ini dibuat untuk menegaskan aspek kebenaran yang bertalian dengan konteks penindasan dan pembebasan.

Kegiatan berlanjut lewat partisipasi langsung dengan kaum tertindas, atau bersentuhan langsung dengan masalah pastoral yang terjadi, sehingga lahirlah banyak gerakan yang berdasar pada Teologi Pembebasan. Upaya berikut ialah pelatihan pekerja dari para teolog untuk membuat rencana menulis tentang teologi dan pembebasan yang mencakup semua tema dasar teologi dan tugas pastoral dari sudut pandang pembebasan.

2. 3 Dukungan dan Perlawanan[8]

Teologi Pembebasan mendasarkan diri pada iman Kristiani dan kebutuhan pastoral. Ada dua sikap terhadap teologi ini. Di satu sisi ada yang menerima, dan di sisi lain ada pula yang menolaknya. Penerimaan dan dukungan nyata di antara para Uskup dan teolog dalam Kongres di El Escorial-Spanyol (1972); Kongres Pertama para Teolog di Mexico City (1975); kontak resmi para teolog dengan para pengacara orang kulit hitam Amerika Serikat, gerakan feminis, kaum Indian, dan kelompok lain; hasil Asosiasi Teolog-teolog Kristen negara-negara III (EATWOT: 1976, 1977, 1979, 1980, 1986); dan ulasan teologi internasional (Concilium Vol. 7 No. 10 Juni 1974 dengan tema Teologi Pembebasan). Selain itu ada pula alat publikasi artikel dan diskusi antara para teolog pembebasan, serta pusat-pusat studi yang menjadi tempat pelatihan teologi dengan pendekatan pembebasan.

Sementara itu ada beberapa penentangan karena ketakutan dipolitisasinya iman Kristiani, dan penggunaan paham Marxis dalam menganalisa struktur sosial masyarakat kapitalis dalam Teologi Pembebasan.

2. 4 Magisterium Gereja

Magisterium Gereja mengawasi perkembangan teologi baru ini dengan ketat, tetapi jarang campur tangan di dalamnya, dan dengan sangat hati-hati dan bijaksana mendukung atau menentangnya. Sinode Uskup II (1971) menunjukkan jejak Teologi Pembebasan. Gemanya menjadi lebih kuat pada Sinode Uskup III (1974), dan memuncak dalam Evangelii Nuntiandi oleh Paus Paulus VI. Magisterium juga telah menghasilkan "Instruksi atas Beberapa Aspek Teologi Pembebasan" dengan mengawaskan bahaya Marxisme dalam prinsip teologi.

Sementara itu, Magisterium Gereja Amerika Latin dalam Konferensi-konferensi para Uskup II, menyampaikan pernyataan Gereja "untuk mendengarkan tangisan kaum miskin dan menjadi penerjemah penderitaan batin mereka". Secara umum tujuan umum dari Magisterium Gereja (baik oleh Paus maupun oleh Sinode para Uskup) telah mengenal aspek positif Teologi Pembebasan, khususnya yang bertalian dengan kaum miskin dan pembebasan mereka guna membawa pesan Yesus ke dunia.

3. Trinitas dalam Teologi Pembebasan Leonardo Boff

Iman Kristen mengakui persekutuan Tiga Pribadi kekal yakni Bapa, Putra dan Roh Kudus.[9] Persekutuan ini merupakan esensi Tuhan dan juga daya dinamis dari segala ciptaan. Tidak ada sesuatu yang ada untuk dirinya sendiri. Segala sesuatu senantiasa dalam relasi dengan yang lain, hidup dalam koeksistensi dengan yang lain, oleh yang lain, dan dalam yang lain. Trinitas yang ada bersama dan hidup bersama dari Bapa, Putra dan Roh Kudus menjadi dasar dan prototipe dari persekutuan universal.[10] Namun kenyataan menunjukkan bahwa realitas ini dilupakan dalam masyarakat dan gereja.[11]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun