Yesus tidak hanya berelasi dengan Bapa tetapi juga dengan Roh Kudus. Roh Kudus menjadi kekuatan keputraan-Nya. Roh Kudus menunjukkan realitas inkarnasi, atau dengan perkataan lain Roh Kudus menghadirkan kemanusiaan Putra.[34]
Keterangan ini menunjukkan siapakah Yesus itu. Yesus mewahyukan siapakah Bapa itu. Dia adalah mediator dan pelaksana (executor) rencana Allah. Yesus adalah Putra karena Dia mengomunikasikan cinta Allah kepada semua manusia, teristimewa bagi para pendosa yang terbuang.[35]
3.5.3 Roh Kudus: Penggerak Ciptaan kepada Pemerintahan Trinitas
Roh Kudus merupakan kekuatan persekutuan dari segala yang ada. Secara khusus Roh Kudus mengingatkan kita akan Yesus. Dia memberikan arti baru praksis pembebasan. Roh Kudus juga adalah prinsip pembebasan. Di mana ada Roh Kudus, di sana ada kemerdekaan. Dan di mana ada kemerdekaan, di sana ada rahmat yang berbeda. Roh Kudus menjaga setiap perbedaan dan memeliharanya dalam persekutuan. Dan akhirnya Roh Kudus menuntun kembali warta eskatologis. Dalam realitas eskatologi ini semua dituntun kepada persekutuan dengan Allah Trinitas, sehingga keinginan Allah Trinitas menjadi kenyataan di mana "semua dalam semua" dan "segala sesuatu dalam segala sesuatu".[36]
Misi Roh Kudus adalah mengembangkan dan menyatukan, membuat perbedaan dan mempersatukannya. Roh Kudus berkarya dalam dunia. Karya Roh Kudus mengalir dalam karya manusia, memberi manusia kekuatan dan membuatnya dengan bebas berkarya. Roh Kudus berkarya dalam orang-orang miskin dan dalam sakramen-sakramen teristimewa dalam Sakramen Krisma dan Ekaristi. Dan akhirnya Roh Kudus menyatukan semua keberagaman dari semua manusia (pria-wanita, proses sejarah, Gereja, dan hidup yang mengalirkan rahmat).[37]
3. 6 Sakramen-sakramen Trinitas
Untuk mendekatkan misteri Trinitas, beberapa analogi dapat dipakai. Pertama: pribadi manusia. Bapa tampak dalam dimensi manusia yang adalah misteri, Putra dalam inteligitas yang menghubungkan semua misteri manusia, dan Roh Kudus dalam cinta yang menyatukan semuanya. Kedua: Keluarga manusia. Manusia, laki-laki dan perempuan terbuka satu sama lain dan membentuk keluarga. Di dalamnya ada bapa, ibu dan anak-anak. Mereka berbeda satu sama lain, tetapi semuanya diikat oleh cinta. Mereka adalah tiga, tetapi mereka adalah satu persekutuan hidup. Di sini ada tiga pribadi berbeda, yang menuju sebuah hidup dinamis, cinta, dan persekutuan yang utuh. Ketiga: masyarakat manusia. Setiap masyarakat dibangun atas tiga kekuatan dasar yakni ekonomi, politik, dan budaya. Ekonomi mengatur kebutuhan hidup bersama. Politik mengatur relasi manusia sebagai bagian dari sejarah. Kebudayaan mengekspresikan kemanusiaan. Setiap masyarakat dibangun, dikonsolidasi, dan dikembangkan oleh koeksistensi dan interpenetrasi dari tiga bidang ini. Ketiganya selalu bertindak bersama.[38]
4. Penutup
Refleksi atas realitas Amerika Latin telah melahirkan Teologi Pembebasan. Dua realitas ini menjadi dasar bagi teologi untuk berbicara tentang iman Trinitarian. Iman Trinitarian dipahami sebagai sebuah persekutuan, yang di dalamnya ada hidup, cinta dan pemberian diri. Dengan demikian iman Trinitarian menjadi model pembebasan terhadap segala realitas yang membelenggu kemanusiaan. Dalam iman Trinitarian ada persekutuan yang saling membangun, saling mencintai, saling memberi diri, saling memberdayakan dan bukannya saling menindas dan meniadakan. Atas dasar ini, semua manusia diajak untuk membangun sebuah peradaban manusia yang saling menerima dan memberi, saling mencintai dan mengasihi, saling memberdayakan dan membangun, serta saling berbagi dalam kasih yang berdasar pada persekutuan Allah Trinitas sendiri. Perbedaan dalam keberagaman bukan penghalang dalam membangun kebersamaan, tetapi menjadi kekayaan untuk membangun persaudaraan manusia yang saling menerima dan saling mencintai.
[1] Leonardo Boff lahir pada tanggal 14 Desember 1938 di Concordia, Santa Catarina, Brasil. Dia adalah seorang teolog, filsuf dan penulis, yang terkenal karena dukungan aktif terhadap hak-hak orang miskin. Dia saat ini adalah guru besar emiritus bidang Etika, Filsafat Agama dan Ekologi di Universitas Rio de Janeiro.
Boff masuk Ordo Fransiskan pada tahun 1959 dan ditahbiskan menjadi imam Katolik  pada tahun 1964. Dia menghabiskan tahun-tahun berikutnya untuk belajar teologi dan filsafat di Universitas Munich, dan meraih gelar doktor pada tahun 1970. Tesis doktoralnya berjudul Die Kirche als der Sakrament im Horizont Welterfahrung yang menguraikan tentang Gereja sebagai tanda kudus dan ilahi dalam dunia sekuler dan dalam proses pembebasan kaum tertindas. Ia telah menulis lebih dari 100 buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa utama dunia. Pada tahun 2001 ia dianugerahi Right Livelihood Award di Parlemen Swedia.