Mereka kini sudah mendekat ke bangkai pesawat terbang yang jatuh belum lama ini. Namun, ketika sampai ke dekat sebuah pohon yang besar, Ki Saleh meminta Kopral Jono dan anak buahnya berhenti sebentar.
"Sebaiknya kita sembunyi di situ," ujar Kopral Jono, menunjuk ke se buah batu besar tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang ini.
"Kita lihat sebentar, apa yang bakal terjadi," bisik Kopral Jono.
Hening seketika. Ki Saleh mengeluarkan tasbihnya. Dia pejamkan mata sambil berzikir.
Setelah itu ...
Lewat kedua mata batinnya, Ki Saleh dapat melihat ratusan orang di depannya siap menyerang dengan bersenjatakan tombak dan anak panah. Tanpa pakaian, kulit mereka hitam legam. Ada wanita, juga pria. Pria lebih banyak jumlahnya.
"Kita mundur Ki?!" Kopral Daud menawarkan jalan keluar. Tak mungkin menghadapi musuh sebanyak itu, makhluk asing lagi. Yang tak kenal manusia dengan segala keunikannya kecuali hutan belantara.
"Menurutmu Kopral Paiman?"
"Maju terus, Kopral Jono. Cuma apa tidak sebaiknya kita mundur lebih dulu. Setelah aman dari incaran mereka, baru kita ke lokasi jatuhnya pesawat."
"Saya setuju," sahut Kopral Anwar. Tapi apa tidak sebaiknya kita segera pergi dari sini. Kita kesini bukan untuk berperang melawan mereka. Kita hanya ingin memastikan pesawat yang jatuh itu diketemukan dan korban sudah tidak ada lagi."
"Sebaikny begitu Kopral," kata Inspektur Polisi Smith menjawab pertanyaan Kopral Jono.