Kemudian ada meja kecil, di atasnya ada beberapa gelas sisa air kopi. Meja-meja itu, meskipun tak terawat, ti dak kumuh. Tetap bersih dan sering digunakan untuk minum dan tempat duduk terbikin dari besi yang dibentuk menyerupai kursi.
"Ayo Tante," kata si pirang. Menyapa Miss Nancy yang sempat tertegun melihat ruang mesin kapal dan sekita rnya.
"Disinilah tempat kami, Te." Kata si pirang, diiyakan teman-temannya.
"Enak Tante ..." Sahut si sipit. "Buktinya kami betah disini sebelum Tante berdua ada di kapal ini."
Miss Nancy dan Sabrina saling pandang, saat itulah sekelompok anak belia  tadi hilang entah kemana. Baik ujud maupun suaranya. Hanya suara mesin kapal yang terdengar.
Padahal tadinya suasana di ruang mesin hening, sunyi dan senyap. Selepas anak-anak itu menghilang, suara mesin kapal terdengar. Cukup mengganggu pendengaran Miss Nancy dan Sabrina.
"Kamu tahu tempatnya Sabrina?"
"Enggak Miss. Cuma si pirang menunjuk ke dekat mesin. Itu saja."
Di dekat mesin ada toilet dan ruangan terbuka tapi tidak terang. Jarang dimasuki sinar matahari. Bersih dan tidak terlihat kotoran di sana-sini.
22
"K0PRAL, kita ke kanan kayaknya." Ki Saleh memilih lebih dulu melangkahkan kakinya. Sesekali dia menyibakkan semak di kanan kirinya dengan kayu dan tangan.