Setiap kali pikiran Ami berkecamuk memikirkan siapa Ayaz, tangan Ayaz mengusap wajahnya dan memijat pelipisnya seolah mengisyaratkan agar Ami jangan banyak berpikir. Akhirnya memang begitu, Ami jadi lebih tenang dan berhasil mengosongkan pikiran. Beberapa menit kemudian Ia pun masuk ke dalam tidur lelapnya.
Malam itu Ami bermimpi pergi ke suatu tempat yang belum pernah dilihatnya. Ayaz menuntun tangannya meniti pematang sawah yang terhampar luas dengan latar belakang gunung Tanggamus yang indah, melalui jalan setapak yang kiri kanannya dihiasi tanaman semak berbunga-bunga cantik aneka warna.
Semakin jauh mereka berjalan rasanya langkah kaki Ami semakin ringan. Perasaannya pun semakin bahagia. Hingga mereka tiba di depan sebuah rumah kayu dengan halaman luas berumput hijau. Di terasnya berbaris aglonema berbagai warna yang menarik.
"Rumah siapa ini?" tanya Ami sambil menyentuh lembut daun aglonema bidadari yang segar terawat.
"Rumah kita" jawab Ayaz tersenyum menatap Ami.
Ami heran mendengar jawaban Ayaz. Tapi keheranannya terabaikan oleh rasa penasarannya untuk melihat-lihat rumah itu. Ayaz mengajaknya berkeliling melihat bagian dalam dan belakang rumah.
Rumah itu tidak terlalu besar tapi sangat rapi dan cantik. Tidak terlalu banyak ruang  dan perabotan hingga terkesan luas. Seluruh materialnya terdiri dari kayu termasuk plafon dan atapnya.
Di pinggir jendelanya ditanami kemuning yang saat itu sedang berbunga, wanginya menyeruak ke seluruh ruangan ketika Ayaz membuka jendela. Dipetiknya beberapa ranting yang dipenuhi bunga-bunga putih harum dan diberikannya pada Ami. Ami menerimanya dengan senang.Â
Ketika sedang mencium aroma wangi kemuning sambil memperhatikan lukisan di dinding papan dekat perapian Ayaz memeluknya dari belakang. Ami diam saja menikmati hangatnya dekapan tangan Ayaz yang kokoh. Dipejamkannya matanya, beberapa waktu Ia merasakan ketenangan.
Dari kejauhan terdengar suara ayam berkokok nyaring. Ami merasa tubuhnya dingin, tak ada lagi tangan Ayaz yang mendekapnya. Ia menoleh ke belakang, tak ada Ayaz. Diedarkannya pandangan, tak ada Ayaz. Ami mulai panik dan mencari kemana-mana sambil memanggil-manggil Ayaz.
Suara kokok ayam terdengar semakin jelas. Ditambah suara adzan. Ami pun terbangun dari tidurnya. Ia menghela nafas menyadari Ia baru saja bermimpi. Tapi lagi-lagi Ia terkejut melihat setumpuk kemuning di pinggir bantalnya.