Ami menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur dengan kesal. Ia kesal karena kantuk tak juga datang sedang malam telah larut bahkan nyaris pagi. Berbagai cara sudah dicobanya agar bisa tidur. Â Ia paksakan lagi matanya terpejam seraya membelai-belai rambutnya.
Makin lama makin terasa seolah orang lain yang membelai rambutnya. Menasihatinya agar melepaskan semua kegundahan hati, mengikhlaskan segala yang telah terjadi, menghalau pikiran buruk dan berusaha untuk tenang agar bisa tidur nyenyak.
Ami mengira Ia masih terjaga meski matanya terpejam ketika belaian tangan di rambutnya dan suara orang lain yang menasihatinya terasa semakin nyata. Bahkan setelah tangannya terkulai di sampingnya belaian itu masih terasa.
Ia merasakan kehadiran orang lain di dekatnya. Tapi ketenangan yang dirasakan olehnya membuat Ia enggan mencari tahu. Dibiarkannya saja dan pasrah apapun yang terjadi.
"Aku akan menemanimu" ujar suara itu pelan dan hangat. "Aku akan selalu ada untukmu dalam malam-malam sepimu"
"Kamu siapa?" Tanya Ami masih dengan mata terpejam seolah takut orang itu pergi jika Ia membuka matanya.
"Aku adalah ksatria sepi mu" jawabnya
"Apakah kamu nyata?"
"Hanya jika kamu menginginkan aku nyata"
Dari jawaban itu tahulah Ami jika ksatria sepi ini hanyalah bayangan yang Ia ciptakan sendiri. Ia senang khayalannya terasa begitu nyata. Dan Ami menikmatinya hal itu. Meski miris, Ami mengakui jika dirinya membutuhkan seseorang yang bisa membuatnya merasa nyaman, tak perduli jika itu hanyalah imajinasinya saja.Â
"Apa kamu punya nama?"