Lalu Ia teringat pada Ayaz dan menganggap Ayaz adalah mimpi manisnya semalam. Bergegas Ia bangkit mengabaikan kemuning dan melupakan Ayaz. Dibasuhnya wajah lalu menggosok gigi, mengambil air wudhu dan pergi sholat.
Hari itu Ami menjalani kehidupannya seperti biasa. Membereskan rumah tua milik keluarganya. Ia tinggal sendirian. Anak-anaknya tinggal di luar kota melanjutkan sekolah. Kakak-kakaknya sudah memiliki rumah masing-masing dan tinggal berjauhan. Walaupun rumah itu cukup besar dan luas tapi Ami memilih merawatnya sendiri tanpa mempekerjakan orang lain.
Sejauh ini Ia berhasil membuat rumah dan halamannya jadi lebih rapi, bersih dan indah. Kebun belakang rumahnya yang sebelumnya gelap karena banyak pepohonan sekarang jadi lebih terang dan jadi taman yang asri dengan banyak bunga terawat. Teman-teman tetangganya sering datang berkunjung. Rumah yang sebelumnya selalu tertutup sekarang lebih terbuka dan ramah.
Selalu saja ada yang bisa dikerjakan di rumah itu. Memangkas ranting pohon, menanam tanaman, memindahkan pot-pot bunga, memungut daun-daun kering dan membakarnya, mengendalikan rumput liar, banyak lagi. Hingga kadang Ami merasa hari begitu singkat. Tahu-tahu saja hari sudah sore lalu malam pun menjelang. Barulah Ami merasa kakinya sangat lelah ketika ia mulai berbaring istirahat. Meskipun lelah Ia tidak pernah bisa tidur sore. Selalu saja kesulitan karena Ia menderita insomnia.
Seperti biasa Ami sudah bulak-balik merubah posisi tidur, tapi tetap saja tak juga mengantuk. Ditutup matanya dengan kain. Tiba-tiba Ia merasakan kehadiran seseorang. Dibukanya kain yang menutupi wajahnya. Seorang lelaki berdiri di ujung ranjang tidurnya. Ami terperanjat. Ia yakin tadi sudah mengunci seluruh pintu.
"Sudah kubilang, aku tak butuh pintu" ujar lelaki itu seolah tahu apa yang dipikirkan Ami.
"Aku Ayaz"
Ami kembali terkejut. Ia ingat mimpinya kemarin malam tentang Ayaz. Tapi bagaimana bisa mimpi itu sekarang tampak nyata bahkan sebelum Ia tidur. Ayaz tersenyum lagi-lagi seolah tahu apa yang dipikirkan Ami. Ayaz mendekat dan duduk di samping Ami. Ditepuknya punggung tangan Ami.
"Aku akan menemanimu" ujarnya sambil menatap mata Ami lembut.Â
"Tapi kamu bilang akan datang jika aku menginginkan kamu datang.. sedangkan barusan, kamu tiba-tiba datang padahal ingat padamu pun aku tidak"
Ayaz tak berkomentar, Ia hanya tersenyum tenang. Dibantunya Ami berbaring meluruskan tubuhnya, memasang selimut dan memberikan bantal untuk dipeluk. Ami meraih bantal dan memeluknya membelakangi Ayaz yang duduk di sampingnya sambil membelai rambutnya, sesekali mengusap-usap punggungnya.