Mohon tunggu...
Ama Atiby
Ama Atiby Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Pencari ilmu yang takkan pernah berhenti menambah ilmu" http://lovewatergirl.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukan Siti Nurbaya (Episode 11)

13 Januari 2011   05:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:38 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Didalam mobil, Kuronggoh HP dalam tasku dan menelepon Satria. Aku sudah janji akan meneleponnya siang ini. Kulihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 12,sudah waktunya istirahat pikirku.

Setelah berbasa-basi menanyakan kabarnya. Kuutarakan maksudku meneleponnya hari ini sekaligus menanggapi pernyataannya tempo hari.

"eum... tentang pembicaraan yang sempat terputus, Ama sudah memikirkannya."

"Ama tidak bisa melakukannya. Maaf... Ama sekarang sudah bahagia dan Ama mencintai suami Ama." Ujarku tegas.

"sudah abang duga, ternyata kamu lebih memilih dia dari abang. Abang memakluminya. Sedari awal abang sudah punya firasat cepat atau lambat kamu akan mencintainya juga. Dugaan abang tidak meleset, kan?" Ada nada sinis atas ucapannya itu.

"Baguslah kalau abang sedari awal telah menyadarinya. Dan sekarang Ama minta jangan ganggu kehidupan Ama lagi. Kalau abang memang mencintai Ama, maka abang akan membiarkan Ama hidup bahagia dengan pasangan Ama sekarang" Aku sadar betul ucapanku ini akan melukai hatinya lebih dalam lagi. Tapi ini harus aku lakukan agar ia tak semakin terpuruk dengan perasaannya terhadapku. Walau pahit, cepat atau lamabat ia harus segera sadar bahwa hubungan kami telah berakhir dan dia bisa memulai lagi kehidupannya yang baru.

"Baiklah, kalau itu keputusan kamu, abang terima."

"eum... tapi, maukah Ama untuk terakhir kalinya menemui abang, beberapa hari lagi abang akan berangkat ke Pontianak, kita tidak akan pernah bertemu lagi mungkin juga selamanya. Abang hanya ingin sekali lagi melihat pujaan hati abang."

Permintaan yang berat sekali untuk aku penuhi.

"Ama mau kan meluluskan permintaan abang yang terakhir ini, setelah itu abang janji tidak akan mengganggu Ama lagi."

Lama aku berpikir... Aku takut akan ada yang melihat dan mengenali kami saat aku bertemu dengannya. Aku tak ingin orang-orang berpikiran buruk tentang diriku yang telah bersuami ini. Sebagai istri aku harus bisa menjaga diri dan kehormatanku. Hal yang selalu diulang-ulang oleh bunda dan ayahku saat memberikan nasehat pernikahan sesaat sebelum aku menikah dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun