Mohon tunggu...
Ama Atiby
Ama Atiby Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Pencari ilmu yang takkan pernah berhenti menambah ilmu" http://lovewatergirl.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukan Siti Nurbaya (Episode 11)

13 Januari 2011   05:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:38 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"eum... tapi kalau seandainya abang nanti ada waktu carilah sebuah pakaian tidur untuk Ama kenakan dimalam pertama abang pulang nanti. Eum... yang abang sukai" Bisikku lirih

Dia melepaskan pelukannya dan memandangiku dengan serius

"hm... permintaan yang berat sekali itu sayang"

"bisa kacau nanti pikiran abang membayangkan kamu dalam balutan pakaian itu." ujarnya kemudian di sertai seyumannya yang menggoda. Kembali dia mengecup keningku lembut.

"Kita pergi sekarang ya."

Kuserahkan kunci mobil kepadanya. Kuikuti dirinya menuruni anak tangga, sekali lagi aku memandangi punggungnya yang berjalan dihadapanku. Dialah imamku. Dialah kini sandaran hatiku. Dialah kini belahan jiwaku.

*****

Hari ini adalah hari terakhirku di kantor ini, kubereskan meja dan file-file ku. Aku yakin tak lama lagi akan ada yang menggantikanku duduk dikursi ini. Kuhampiri David dan kuserahkan semua dokumen penting kepadanya. Tak banyak kata yang terucap darinya. Dia menyerahkan selembar sertifikat kerja padaku. Kupandangi kertas itu lama, sebuah referensi kerja dengan posisi "Community Empowerment Specialist" yang di tanda tangani langsung oleh head coordinator UN dan kepala BRR. Wajar saja aku bingung karena di surat kontrak yang aku tanda tangani dua tahun yang lalu menyebutkan posisiku sebagai assitent surveyor. "Kamu layak mendapatkannya Ama." Jelas David kemudian yang mengerti dengan kebingunganku.

Kuhampiri Astrid dan Marina di meja kerjanya. Aku mengerti kekecewaan mereka karena menolak farewall party untukku.

"Kita baru aja kehilangan Andika, eh elo malah ikut-ikutan, Ma." Ujar marina sedih. Kupeluk erat kedua sahabatku ini.

"Keep in touch ya, Ma." Ujar mereka sambil melepaskan aku pergi dari pintu. Kuturuni anak tangga satu persatu. Lama kupandangi bangunan kantor ini. Kantor yang telah menggembleng aku sebagai seorang professional, yang telah memberiku kesempatan untuk bertemu dengan banyak orang, dan terjun langsung ke masyarakat dengan berbagai problematikanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun