Makan pagi mereka kembali dilanjutkan setelahnya. Ayah meminta Azeeya untuk segera membuka hasil pengumuman SNMPTN yang sebenarnya sudah dapat diakses sejak tadi pagi, tetapi Azeeya tak mau membukanya sekarang karena ia belum siap. Melihat adiknya yang enggan membuka hasil pengumuman, Navira pun secara diam-diam membukanya tanpa sepengetahuan sang adik. Namun, ayah yang duduk di samping Navira menyadarinya.
"Tuh, Zee, kakakmu lho yang buka pengumumannya." Ayah menunjuk Navira yang tengah membuka hasil pengumuman tersebut melalui ponselnya di kolong meja makan.
Sontak saja Azeeya membulatkan matanya, ia langsung meraih ponsel milik kakakknya. Saat Azeeya melihat layar ponsel Navira, dunianya seakan runtuh.
Tidak ... bukan ini yang Azeeya mau.
Bukan warna merah yang ia inginkan, tetapi warna hijau. Namun, hasil pengumuman SNMPTN memberikannya warna merah. Ia gagal, SNMPTN menolaknya. Mama langsung membawa Azeeya ke dalam dekapannya.
"Zeeya, gak apa-apa. Masih ada SBMPTN. Dulu aku juga ditolak SNMPTN kok." Navira menggengam tangan Azeeya. "Kalau kamu ditolak SNMPTN, balas penolakan itu di SBMPTN!"
Ayah ikut menimpali, "Betul kata Vira, Zee. Masih ada tes lainnya."
Ya ... memang benar masih ada SBMPTN dan kawan-kawannya. Akan tetapi, Azeeya tetap saja merasa kecewa. Seharian ia tak bersemangat, hanya berbaring di tempat tidur dan menangis. Ia tidak mau membuka ponselnya karena ia tahu jikalau membuka ponsel di saat seperti ini sama saja ia menyakiti dirinya sendiri. Azeeya belum siap untuk melihat media sosialnya yang diramaikan oleh ucapan selamat dari teman-temannya kepada mereka yang diterima SNMPTN.
Di tengah isak tangisnya, sebuah dering telepon masuk. Ternyata yang meneleponnya adalah Syakira, sahabat baik Azeeya.
"Zeeyaaaa! Kamu baik-baik saja? Kenapa pesanku gak kamu baca sejak pagi?"
"Halo, Syakira. Eum ... aku lagi menahan diri untuk gak membuka ponsel. Aku gak lolos SNMPTN, Syakira."