"Kenapa?"
"Aku punya dua putri kembar. Mereka alasanku untuk tetap bertahan." jawab Melani.
Ari semakin bersedih. Tanpa sadar, ia meremas kain sprei tepian kasur. Entah apa yang dipikirkan Ari saat ini. Perasaannya benar-benar bercampur aduk.
"Mungkin aku sama sepertimu. Terjebak dalam kehidupan kita masing-masing. Kau tahu... Ada kalanya kita mengambil keputusan untuk tinggal, meski itu menyakiti hati kita."
"Mengapa kau ingin hatimu tersakiti?"
"Aku tak tahu. Mungkin karena kita memiliki sesuatu yang menguatkan kita." jawab Melani.
Ari berbalik. Ia menatap wajah Melani yang sendu. Wanita itu berusaha untuk tegar meski kesedihan tengah mengaduk-aduk emosinya.
"Melani..." panggil Ari lirih.
Melani menoleh ke arah Ari.
"Ee... Aku mengerti perasaanmu. Aku pun demikian. Aku... Aku memilih tinggal di kota ini meski menyakitkan bagiku." kata Ari. "Melani, aku... Aku yang telah membunuh kedua orang tuaku."
Mimik wajah Melani langsung berubah. Ia terkejut mendengar kata-kata Ari. Ia bingung maksud perkataan Ari.