Ari berjalan ke arah kasur. Ia duduk membelakangi Melani. Ari masih terdiam. Ia cukup syok melihat sekujur tubuh Melani ternyata dipenuhi luka akibat kekerasan. Luka yang menyimpan rahasia besar dalam hidup Melani.
Melani yang telah selesai berpakaian juga duduk di tepi kasur membelakangi Ari. Selama beberapa menit mereka tenggelam dalam kesunyian. Ari kehabisan kata-kata, begitu pula dengan Melani. Keduanya hanya duduk bertolak belakang dan membisu.
"Maaf-" Melani berkata memecah keheningan di antara mereka.
"Dari mana asal luka-luka itu?" Ari memotong perkataan Melani.
Melani menarik nafas sejenak. "Ari... Sebenarnya aku telah berkeluarga."
Ari diam seribu bahasa. Pikirannya kacau saat Melani mulai menguak jati dirinya. Ada perasaan kecewa yang tersirat dari raut wajahnya.
"Setelah aku dan mamaku pindah ke Semarang, mamaku terpaksa menikah dengan pria di sana. Pria itulah yang akhirnya mengenalkanku pada suamiku sekarang.." ujar Melani lirih.
Kepala Ari masih menunduk. "Jadi, ia yang melakukan itu padamu?"
Melani tak menjawab sepatah katapun. Ari paham. Memang benar suami Melani yang telah melakukan kekerasan pada dirinya.
"Mengapa kau tidak menceraikannya?" tanya Ari.
Lagi-lagi Melani menarik nafas panjang. "Aku tak bisa."