Soso menepuk-nepuk pundak anak itu, "Hukuman yang akan kita terima, tidak akan pernah sebanding dengan penderitaan si Juda. Apalagi kalau anak itu sampai buta. Kamu sudah menunjukkan arti solidaritas Georgia yang sesungguhnya!"
Obrolan mereka harus berhenti, Romo Niko datang bersama dua orang pengawas, tapi pengawas itu tak masuk ke dalam ruangan.
"Saya tidak bisa membantu kalian..." kata Romo Niko setelah duduk di depan Soso dan Vaso. "Malam ini kalian pindah ke sel. Itu hukuman karena membantah. Tapi jujur, saya memuji keberanian kalian. Kalau saya jadi kalian, saya juga akan maju. Menyelamatkan teman adalah hal terpuji. Tapi aturan tetap aturan, tak bisa ditawar..."
Soso mengangguk, "Terimakasih Romo. Maaf kalau saya lancang, bagaimana dengan kawan kami tadi?" Â
Romo Nikolai melirik ke arah dua pengawas yang berada di luar, lalu melirik mereka lagi, "Agak parah, berdarah terus. Mudah-mudahan saja bukan bola matanya yang pecah..." katanya dengan suara pelan. "Romo Dmitri memang agak keterlaluan. Sekarang dia dipanggil rektor. Tapi temenmu itu sudah dibawa ke dokter, mudah-mudahan saja tidak parah!"
"Tolong jangan cari masalah lagi dengan Romo Dmitri. Saya nggak bisa bantu lagi. Dia kelihatannya agak jengkel pada saya..." kata Romo Nikolai lagi. "Sudah, sana temui pengawas..."
"Maaf Romo, berapa lama hukuman saya?" tanya Vaso.
"Sementara dua malam, tapi mungkin nanti ada peninjauan lagi!"
Soso dan Vaso tak berkata apa-apa lagi. Mereka segera keluar dari ruangan dan langsung diantar dua pengawas itu. Tujuannya; Tembok Derita; sel kecil pengap dan gelap yang pernah dihuni Soso dulu, waktu awal-awal masuk, saat berkelahi dengan si Sesa di Golovsky.
*****
Ternyata, peninjauan hukuman itu tak pernah ada. Soso menghabiskan dua malam di Tembok Derita. Saat dikeluarkan, pagi-pagi sebelum jam sarapan, Soso sudah langsung berhadapan dengan Mister Black Spot.