Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (46) Perang Sudah Disulut

11 Januari 2021   15:42 Diperbarui: 12 Januari 2021   13:30 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Soso menepuk-nepuk pundak anak itu, "Hukuman yang akan kita terima, tidak akan pernah sebanding dengan penderitaan si Juda. Apalagi kalau anak itu sampai buta. Kamu sudah menunjukkan arti solidaritas Georgia yang sesungguhnya!"

Obrolan mereka harus berhenti, Romo Niko datang bersama dua orang pengawas, tapi pengawas itu tak masuk ke dalam ruangan.

"Saya tidak bisa membantu kalian..." kata Romo Niko setelah duduk di depan Soso dan Vaso. "Malam ini kalian pindah ke sel. Itu hukuman karena membantah. Tapi jujur, saya memuji keberanian kalian. Kalau saya jadi kalian, saya juga akan maju. Menyelamatkan teman adalah hal terpuji. Tapi aturan tetap aturan, tak bisa ditawar..."

Soso mengangguk, "Terimakasih Romo. Maaf kalau saya lancang, bagaimana dengan kawan kami tadi?"  

Romo Nikolai melirik ke arah dua pengawas yang berada di luar, lalu melirik mereka lagi, "Agak parah, berdarah terus. Mudah-mudahan saja bukan bola matanya yang pecah..." katanya dengan suara pelan. "Romo Dmitri memang agak keterlaluan. Sekarang dia dipanggil rektor. Tapi temenmu itu sudah dibawa ke dokter, mudah-mudahan saja tidak parah!"

"Tolong jangan cari masalah lagi dengan Romo Dmitri. Saya nggak bisa bantu lagi. Dia kelihatannya agak jengkel pada saya..." kata Romo Nikolai lagi. "Sudah, sana temui pengawas..."

"Maaf Romo, berapa lama hukuman saya?" tanya Vaso.

"Sementara dua malam, tapi mungkin nanti ada peninjauan lagi!"

Soso dan Vaso tak berkata apa-apa lagi. Mereka segera keluar dari ruangan dan langsung diantar dua pengawas itu. Tujuannya; Tembok Derita; sel kecil pengap dan gelap yang pernah dihuni Soso dulu, waktu awal-awal masuk, saat berkelahi dengan si Sesa di Golovsky.

*****

Ternyata, peninjauan hukuman itu tak pernah ada. Soso menghabiskan dua malam di Tembok Derita. Saat dikeluarkan, pagi-pagi sebelum jam sarapan, Soso sudah langsung berhadapan dengan Mister Black Spot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun