Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (46) Perang Sudah Disulut

11 Januari 2021   15:42 Diperbarui: 12 Januari 2021   13:30 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi malam harinya ada kejadian yang menggegerkan di asrama. Seorang anak yang kemarin ikut diskusi di tempat Pak Yedid, ketahuan sedang membaca bukunya di dalam kamar. Yang mergokin nggak tanggung-tanggung, Mister Black Spot sendiri. Anak itu dihajar pake tongkat, mencoba menghindar, dan tongkat itu mendarat di matanya.

Mata kiri anak itu mengeluarkan banyak darah. Jeritannya yang memilukan terdengar ke seantero asrama yang sudah mulai sunyi. Kontan anak-anak berhamburan keluar dan mendekati sumber suara. Termasuk Soso.

Setelah mengetahui duduk perkaranya, Soso bener-bener tak bisa terima dengan perlakuan itu. Apalagi Mister Black Spot bukannya menolong, tapi malah sibuk membubarkan anak-anak yang berkerumun.

Soso menyeruak maju mendekat. Ia memeriksa anak yang belum ia kenal namanya itu. Mister Black Spot mendorongnya dengan kasar.

Soso berdiri berhadapan, agak sedikit menantang. "Dengan segala hormat Romo. Tolong tangani dulu anak ini, sebelum matanya menjadi buta!"

"Bukan urusanmu, mundur!" bentak Mister Black Spot sambil mengangkat tongkatnya.

Soso tak gentar. "Silakan hukum saya nanti, tapi tolong dulu anak ini..." kata Soso.

"Betul Romo, hukum saya juga, tapi bantu dulu teman saya ini!" sebuah suara datang dari belakang Soso. Suara si Vaso yang rupanya teman sekamar anak itu.

Tongkat kayu Mister Black Spot melayang dua kali. Satu kali menghajar kepala Soso, satu lagi menghantam pundak si Vaso.

Saat hantaman berikutnya nyaris melayang, datang lagi sebuah suara. "Tolong tahan, Romo Dmitri...." Suara itu datang dari belakang Mister Black Spot. Satu sosok menyeruak dari kerumunan anak-anak. Soso segera mengenalinya, Romo Nikolai Makhatadze. Guru sejarah yang baru, orang Georgia kedua di asrama itu selain Mister Black Spot. "Mari tangani dulu anak ini!" katanya.

Mister Black Spot tampaknya sedikit jengkel, tapi masak iya dia ikut menghajar koleganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun