Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (46) Perang Sudah Disulut

11 Januari 2021   15:42 Diperbarui: 12 Januari 2021   13:30 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Episode Awal: (1) Soso

Episode Sebelumnya: (45) Menabur Benih

*****

Diskusi sastra yang mendatangkan Pangeran Ilia Chavchavadze dari Iveria berlangsung hanya lima hari dari ide awal dicetuskan. Pangeran baik hati dan tidak sombong itu menyambut baik gagasan Soso. Ia bahkan menawarkan tempat, di kantor Iveria. Tapi Soso menolaknya. Alasannya, terlalu jauh dari sekolah. Padahal, ia memang punya tujuan lain untuk meramaikan toko bukunya Pak Yedid itu.

Untungnya juga si Vaso berhasil mengumpulkan cukup pasukan. Total ada 18 anak yang ikut, semuanya anak-anak angkatan pertama. Diskusinya berjalan seru, Pangeran Ilia tak Cuma 'ceramah' karena banyak anak-anak yang bertanya.

"Melihat anak-anak Georgia tertarik dengan sastranya sendiri seperti ini, rasanya tak ada yang perlu dikhawatirkan di masa depan...." kata Pangeran Ilia saat Soso mengantarnya ke kereta kuda yang akan membawanya kembali ke Iveria setelah diskusi usai. "Terimakasih, So.. jangan ragu mengajakku diskusi lagi lain kali. Bila perlu, nanti kupanggilkan sastrawan-sastrawan lain yang kukenal untuk bicara..."

Soso mengangguk, "Terimakasih Pangeran..."

Sepeninggal Pangeran Ilia, Soso kembali menemui anak-anak peserta diskusi yang masih berkumpul.

"Apa yang bisa kita diskusikan lagi nanti?" tanyanya.

"Mungkin saatnya melirik sastra yang lain, buat perbandingan!" kata si Vaso yang memang paling bersemangat.

"Oke, kalau begitu..." kata Soso. "Bagaimana kalau sastra Rusia? Kalian kan tak akan terlalu sulit memahami bahasanya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun