Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (19) Gadis Manis dalam Kereta

15 Desember 2020   08:08 Diperbarui: 19 Desember 2020   07:28 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WPAP By Alip Yog Kunandar

“Jadi sudah memutuskan untuk selibat?” tanya Natasha.

Soso tertawa lagi, “Nggak lah, kayaknya nggak bakalan kuat. Masih sering tergoda liat cewek cakep, kayak kamu…” ups… keceplosan.

Giliran Natasha yang tertawa, “Kayaknya kamu lebih berbakat jadi pujangga deh ketimbang jadi pendeta…” katanya. “Rayuanmu itu lho… nggak ada pendeta yang suka menggombal…”

“Kan saya dah bilang, baru siswa, calon, masih jauuuh…” katanya.

“Turun dimana?” tanya Natasha kemudian.

“Aku pulang ke Gori…” jawab Soso, “Kamu?”

“Aku turun di Samptredia, nanti lanjut ke Batumi…” jawabnya

“Jauh ya... Sendirian aja?”

“Sendirian lah, kan dari tadi udah ketahuan…” jawabnya.

“Yaa kirain aja sama Bapak, si Abang, atau si Aa…”

Natasha ngakak sambil menutupi mulut dengan tangannya, padahal Soso suka melihat barisan giginya yang rapi. “Sumpah, kamu nggak bakat jadi pendeta!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun