Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (19) Gadis Manis dalam Kereta

15 Desember 2020   08:08 Diperbarui: 19 Desember 2020   07:28 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WPAP By Alip Yog Kunandar

Soso mengangguk, ia lalu mempersilakan perempuan itu melewatinya dan duduk di dekat jendela. Padahal ia pengen banget duduk di dekat jendela itu.

Tak lama, kereta mulai berjalan, riuh dan bising dengan kepulan asap dari lokomotif yang kadang masuk ke dalam gerbong. Soso mulai merasakan ada yang aneh dengan perutnya. Duh, jangan sampai muntah… Makin melihat ke luar, makin pusing kepalanya, dan makin berontak perutnya. Rumah, bangunan, pohon-pohon di luar sana terlalu cepat bergerak, tak seperti naik kereta kuda. Soso mencoba mencari pengalihan. Ia mengambil buku Kapital yang dibelinya di toko Pak Yedid, sekalian belajar deh, pikir Soso. Tapi begitu melihat huruf-huruf, kepalanya malah semakin pusing.

“Baru naik kereta ya?” perempuan di sebelahnya itu bertanya.

Soso meliriknya dan mengangguk sambil menahan diri agar nggak terjadi hal-hal yang memalukan.

“Jangan membaca, pusing… nanti malah muntah…” kata perempuan itu lagi. Soso mengira usianya mungkin pertangahan dua puluhan atau kurang sedikit. Lebih tua beberapa tahun darinya. Tapi sangat menarik dengan pakaian kekinian ala anak-anak Rusia yang sering dilihatnya di Tiflis. Tapi ia pasti bukan orang Rusia, karena dari tadi ngomong dengan bahasa Georgia. “Udah, kita tukeran tempat lagi aja… kamu duduk di sini…” katanya.

“Boleh?” tanya Soso.

“Iya, nggak apa-apa, aku dah biasa…” jawabnya.

Soso udah nggak mikirin lagi soal gengsi. Dia bertukar tempat lagi dengan perempuan cantik itu.

“Lihat ke luar aja, sesuaikan pandangan dengan kecepatan kereta, fokus pada satu objek, jangan diliatin semua, pusing…” kata perempuan itu.

Soso mengikuti sarannya, dan, yaah jauh lebih baik.

“Anak sekolahan?” tanya perempuan itu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun