“Nggak janji yee…” kata Natasha dengan nada yang terus menggoda.
“Ya sudah…” Soso cemberut.
Natasha tertawa ngakak. “Iya Romo Soselo… kapan-kapan, kalau aku ke Tiflis, aku sempatkan cari toko buku itu…”
“Gitu dong, masak aku yang harus nyari kamu ke Batumi…” kata Soso.
“Eh, mau ngapain?” tanya Natasha.
“Ya nggak apa-apa, kalau udah kangen berat mau diapain, ya kususul lah…!”
“Udah, jangan gombal melulu, sudah mau nyampe!” kata Natasha.
Salib gereja sekolahan Soso dulu yang bersisian dengan stasiun sudah terlihat. Ada rasa bahagia ia bisa kembali ke kota kecilnya itu. Tapi, ada juga penyesalan berpisah dengan perempuan cantik berambut shavgvremani[5] yang seolah sudah dikenalnya sekian lama itu. Natasha juga mendadak jadi kikuk saat Soso pamit duluan turun.
Soso melambaikan tangannya saat sudah berada di luar gerbong. Natasha membalasnya dengan sebuah senyuman. Soso tak juga beranjak. Sampai ketika kereta mulai berjalan, Natasha melongokkan kepalanya dari jendela dan berteriak nyaring, “Satu Mei aku akan ada di Tiflis. Sampai jumpa di toko buku itu ya!”
Soso berjingkrak-jingkrak kegirangan. Mei? Tiga bulan lagi? Tak apa lah, ia akan mencatatnya dalam hati baik-baik. Terserah mau satu Mei kalender Julian atau Gregorian, ia akan menunggunya!
*****