“Jadi waktu pertama kau ke sini itu baru?” tanya Pak Yedid.
Soso mengangguk, “Saya baru tiba, sehari sebelumnya…”
“Apa yang kau lakukan di sini?”
Soso menceritakan kisahnya, setidaknya dari tujuan awalnya ke Tiflis, sampai apa yang ia lakukan sekarang. Pak Yedid mendengarkannya dengan penuh minat.
“Luarbiasa…” kata Pak Yedid setelah mendengarkan cerita Soso. “Jadi kau sungguh-sungguh akan sekolah di situ?”
“Sejauh ini, rencananya begitu…” jawab Soso. “Tapi entahlah. Apakah ada rezeki atau tidak. Mencari empatpuluh rubel tidak mudah. Saya tak yakin ibu saya bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Upah saya hanya 12 kopeck seminggu, yang sepuluh untuk bayar les bahasa, sisanya saya berikan untuk orang yang saya tinggali..”
“Tapi tabunganmu yang lain sudah sangat besar dan berharga….” kata Pak Yedid.
“Saya belum menabung barang sekopeck-pun!” kata Soso.
“Kau menabung ilmu..” timpal Pak Yedid, “Kemampuan bahasa dan membacamu sudah sangat baik. Itu akan sangat berguna buat hidupmu nanti, selama kau tidak menghabiskan sisa umurmu di pabrik!”
“Saya tak mau di pabrik selamanya, meskipun nantinya saya nggak jadi sekolah!” kata Soso.
“Ya jangan lah, jangan mau jadi proletar selamanya!” kata Pak Yedid.