“Bisa membaca pula rupanya…” kata lelaki itu.
Soso tersenyum bangga, apalagi di sebelahnya ada Irena. “Berapa?” tanya Soso.
“Kuberi kau harga bagus, satu denga[5]…” katanya.
“Jangan mahal-mahal, satu poluskha[6]….” tawar Soso.
“Begini saja… Kau beri aku satu denga, minggu depan kau datang lagi ke sini, ceritakan isi buku itu, dan akan kukembalikan satu poluskha!” kata lelaki itu.
Soso tidak tahu apa tujuan lelaki itu, entah berniat menipunya, atau justru ia sedang menguji Soso. Tapi Soso tak mau mengalah, apa susahnya, pikirnya. “Oke, aku ambil.. tapi jangan bohong, minggu depan akan kuambil satu poluskha-ku…”
Lelaki itu tersenyum.
*****
Hari Minggu depannya, Soso kembali lagi ke toko buku itu. Sendiri, tanpa ditemani Irena. Ia sudah selesai membaca dongeng ringan itu. Baginya, kisah yang diceritakan terlalu remeh, kurang nendang seperti cerita pendek Pushkin yang ia baca sebelumnya. Tapi lumayanlah, ada bahan dongeng buat anak-anak di pabrik nanti kalau “Ksatria Berkulit Macan” sudah selesai. Toh, ia juga sudah mulai bosan cerita itu terus.
“Ceritakan dalam bahasa Rusia, dan kukembalikan satu polushka-mu…” kata si Pemilik Toko itu.
Soso menceritakannya dengan lancar, hanya bahasa Rusia-nya saja yang masih agak tersendat-sendat. Si Pemilik Toko mendengarkan dengan seksama. Ia tidak mengagumi cerita itu, tapi ia mengagumi kemampuan Soso menceritakannya kembali dalam bahasa Rusia.