Jejak setapak itu semakin menanjak kedalam dan semakin gelap, Rocco duduk diatas kuda yang dibawa oleh Farliy, dua pengawal mengikuti mereka di belakangnya. Angin mulai kencang kearah mereka.
"Kalian harus siaga untuk hal-hal yang tidak terduga." Rene si pengawal berbicara
"Kira-kira hal apa saja yang akan terjadi di dalam Hutan?" Farliy menanggapinya sambil memegang erat tali yang menempel pada kuda.
"Terakhir kami ke sini, ada seekor macan yang mengejar." Rene berbicara membuat Rocco semakin takut.
"Kalian tidak bercandakan?" Kata Rocco.
"Tidak, semoga saja perjalanan kita lancar sampai akhir tujuan. Kira-kira lima jam lagi kita sampai di Kota tetangga. Sesudah itu, sebaiknya kita menginap saja dulu di sana." Orin menjadi pemandu bagi Rocco dan Farliy, karena mereka berdua sangat jarang pergi ke tempat lain.Â
Tiga jam berlalu, mereka sudah berada diatas bukit yang tinggi. Farliy terkesima dengan pemandangan di atas bukit itu. Namun ketika melihat Kota Malbork sangat berbeda, membuat hatinya kembali sedih. Ia sering melamun belakangan ini, memikirkan sesuatu di kepalanya.
Bukit yang mereka lewati kembali menanjak, dipinggirnya jurang yang dalam. Mereka dan kuda-kuda itu harus berhati-hati melewati jalan ini. Di depan mata Rocco jeli melihat jembatan kayu yang menyambungkan ke Kota Poznan, untungnya Farliy membaca peta dengan tepat.
"Hey, apa kita akan melewati jembatan itu?" Rocco bertanya pada kedua pengawal.
"Iya, jembatan panjang itu menyambungkan Kota kita dengan Kota lain, jembatan itu adalah perbatasan, diujungnya ada pos penjaga, namun kami sudah menyiapkan surat yang diberikan oleh Jenderal untuk meminta izin, jadi tenang saja.." Orin melanjutkan,
"Tetapi jangan senang dulu. Kita masih jauh untuk ke Poznan, harus melewati sungai, Hutan Pinus, menuruni bukit, lalu... sampai." Muka kedua sahabat itu kecewa, peristirahatan mereka masih sangat-sangat jauh, dengan mendengarnya ia merasa lelah.