"Sorry gua alergi minuman kecuali air putih," terang Beni yang setelahnya meminum minuman yang aku beli.
Aku terkejut, bagaimana bisa? Aku bahkan baru mengetahui ada orang yang alergi semua minuman kecuali air putih.
"Sorry gua gatau," ucapku kikuk.
"Santai aja kali lagian gua baru ngasih tau lo. Wajar aja lo gatau." Beni menatapku pengertian.
"BEN, BURUAN MAU BEFERING!" Teriakan cowo yang kukira temannya Beni mengalihkan perhatian Beni dariku. Dia segera membereskan barang barangnya dan memasukannya  kedalam tas. Bahu kanannya ia pakai untuk menanggalkan tasnya dan tangan kanannya  memegang minuman.
"Gua kesana duluan ya."
"Semangat Beni," ucapku menyemangati dia. Wajahnya terlihat sumringah.
"Thank"s," balas Beni sambil mengusap pelan kepalaku. Aku tertegun, jantungku berdegup kencang.
"Jangan lupa nafas." Beni berlalu setelah mengucapkan itu sambil tertawa menertawakan reaksiku yang hanya diam.
Pertandingan granfinal kali ini begitu ramai, supporter dari dua sekolah itu tampak kompak. Bahkan tribun begitu padat dan untungnya aku kebagian tempat ditribun dimana supporter sekolah Beni berada. Permainannya begitu sengit dan tak jarang ada yang bermain kasar. Aku melihat Beni yang kadang melerai teman satu timnya untuk tidak memakai emosi. Tapi sayang, kekelahan harus didapat oleh Tim Beni ketika melakukan freetrowh gagal sekali. Alhasil score berbeda satu point.
Beni menghampiriku setelah dia melakukan penghormatan kepada supporternya karena telah mau berpartisipasi dan meminta maaf karena harus gagal untuk menjadi pemenang pertama. Walau begitu aku masih tetap bangga kepadanya.