"TERUS GIMANA?!"
"Kalo kita sama-sama sekarang, gimana perasaan cewe yang mau dijodohin sama lo? Gua masih mikirin itu Ben, gua ga sejahat itu buat nyakitin perasaan dia karena gua juga tau rasanya, kita sesama cewe kalo lo lupa."
"Kalo juga kita jalanin hubungan ini, dan pada akhirnya gua harus dibuang," jedaku sebentar mengambil nafas.
"Lo nyakitin gua," ucapku sambil menunjuk kedadaku.
"See? Lo nyakitin dua cewe sekaligus."
Ku lihat Beni hanya menatap ubin lorong yang entah dimana hal menariknya.
"Kita ga perlu sama-sama. Cukup gua yang tersakiti jangan dia. Biarin gua yang nanggung rasa sakitnya sekarang dibanding nanti."
"LO EGOIS!" teriak Beni membentakku.
"LO PIKIR KALO KITA GA SAMA-SAMA CUMA LO YANG TERSAKITI? CUMA LO?! GUA JUGA DINI!"
"LO EGOIS CUMA MIKIRIN PERASAAN LO TANPA MIKIRIN PERASAAN GUA. GUA BENER - BENER KECEWA SAMA LO." Usai mengatakan itu Beni melenggang pergi meninggalkanku dikoridor sendirian.
Aku menengadah menahan cairan bening yang hendak keluar dari pelupuk mata. Aku tau aku egois, tapi aku tak mau dia dikutuk semesta karena menyakiti banyak perempuan. Biar aku yang nantinya diliputi penyesalan kedepan, daripada dia terus memupuk perasaannya padaku ketika waktu yang ditunggu datang.