Setelah selesai sparing anak basket Taruna masih ada disekolahku. Kita berkumpul membentuk lingkaran dibawah pohon rindang. Darisitu kita banyak berkenalan juga berbagi cerita. Gelak tawa menjadi pelengkap dan sorakan godaan kadang mereka lemparkan kepadaku dan Beni. Semuanya mendukung kita untuk selangkah lebih jauh, hanya saja aku masih terlalu nyaman berada diposisi ini.
Daripada disana aku menahan malu, aku bangun untuk beranjak pergi menuju kantin. Kadang aku terlalu malas hanya untuk mengajak teman, ya alhasil aku kemana-mana selalu sendiri. Beni membuntutiku, aku tahu karena dari belakang banyak teman-temannya yang mengatakan Beni akan memodusiku. Aku sih diam saja.
"Bu Edo, otak-otak kentang 1 ya sama es kopinya." Aku memesan sambil berdiri didepan stand Bu Edo. Beni menyusul berdiri disampingku.
"Bu, air mineral satu."
Selagi menunggu pesanan, aku dan Beni hanya berdiri diam. Aku dengan ponselku, dia dengan pandangannya yang menyapu keseluruh penjuru sekolahku. Bahkan ketika pesanan sudah selesai pun kami hanya berjalan diam menuju meja tengah.
"Kenapa diem aja?" Beni memulai percakapan, yang sepertinya tak tahan dengan keadaan hening.
"Dih suka ga ngaca," dengusku. Aku mulai memakan makananku dan menawari dia yang ditolak mentah mentah.
"Sorry gua alergi makanan juga," ucap Beni meringis. Mungkin tak enak karena ini kali kedua ia menolak apa yang aku tawarkan.
Kali aku lebih terkejut. Pasalnya ada gitu ya orang yang tahan untuh tak makan.
"Semuanya?" tanyaku penasaran. Tak mungkin kan semuanya.
"Ngga. Tahu sama kunyit doang yang ga alergi," jawab Beni kepalang santai.