Mohon tunggu...
Arie Lesmana
Arie Lesmana Mohon Tunggu... Novelis - Saya hanya seorang pemuda yang hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang mahasiswa yang selalu meng-upgrade diri dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aldo Faisal Umam: Tembok Rasa

25 Oktober 2021   03:51 Diperbarui: 25 Oktober 2021   14:33 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah selesai sparing anak basket Taruna masih ada disekolahku. Kita berkumpul membentuk lingkaran dibawah pohon rindang. Darisitu kita banyak berkenalan juga berbagi cerita. Gelak tawa menjadi pelengkap dan sorakan godaan kadang mereka lemparkan kepadaku dan Beni. Semuanya mendukung kita untuk selangkah lebih jauh, hanya saja aku masih terlalu nyaman berada diposisi ini.

Daripada disana aku menahan malu, aku bangun untuk beranjak pergi menuju kantin. Kadang aku terlalu malas hanya untuk mengajak teman, ya alhasil aku kemana-mana selalu sendiri. Beni membuntutiku, aku tahu karena dari belakang banyak teman-temannya yang mengatakan Beni akan memodusiku. Aku sih diam saja.

"Bu Edo, otak-otak kentang 1 ya sama es kopinya." Aku memesan sambil berdiri didepan stand Bu Edo. Beni menyusul berdiri disampingku.

"Bu, air mineral satu."

Selagi menunggu pesanan, aku dan Beni hanya berdiri diam. Aku dengan ponselku, dia dengan pandangannya yang menyapu keseluruh penjuru sekolahku. Bahkan ketika pesanan sudah selesai pun kami hanya berjalan diam menuju meja tengah.

"Kenapa diem aja?" Beni memulai percakapan, yang sepertinya tak tahan dengan keadaan hening.

"Dih suka ga ngaca," dengusku. Aku mulai memakan makananku dan menawari dia yang ditolak mentah mentah.

"Sorry gua alergi makanan juga," ucap Beni meringis. Mungkin tak enak karena ini kali kedua ia menolak apa yang aku tawarkan.

Kali aku lebih terkejut. Pasalnya ada gitu ya orang yang tahan untuh tak makan.

"Semuanya?" tanyaku penasaran. Tak mungkin kan semuanya.

"Ngga. Tahu sama kunyit doang yang ga alergi," jawab Beni kepalang santai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun