Mohon tunggu...
Albert Tarigan
Albert Tarigan Mohon Tunggu... -

penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jejak Hitam di Pintu Akhirat

22 Maret 2011   06:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:34 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menariknya, di pemakaman Cipinang Besar kabar krisis lahan terasa masih sangat jauh. Jika ditanyakan kepada penggali kubur dan mereka yang mengaku selalu “siap membantu” pemakaman 24 jam, lahan masih banyak dan gampang dicari. Meskipun sejauh mata memandang, jarak makam yang satu dan yang yang lain sudah sangat berdekatan. Hanya beberapa jengkal orang dewasa. Bahkan beberapa makam muslim sudah memasuki lahan untuk umat budha.

“Baru,” kata Indra ketika ditanya apakah lahan yang digunakan baru atau menumpang.

Hal yang sama juga terjadi di pemakaman Menteng Pulo, satu pemakaman paling padat di daerah Setiabudi dan Tebet, Jakarta Pusat. Pemakaman ini terletak di wilayah strategis, dijepit oleh gedung-gedung pencakar langit perkantoran tak jauh dari wilayah Kuningan. Di antaranya Hotel The Park Lane dan Puri Casablanka. Pada tahun 1992, pemerintah Jakarta setuju tukar guling tanah pemakaman ini seluas 10.646 meter persegi kepada PT Bakrie Swasakti Utama, perusahaan milik konglomerat Aburizal Bakrie. Sebagai gantinya, Bakrie bersedia menyediakan lahan seluas 2,5 hektare untuk pemakaman di Kampung Kandang, Jagakarsa, Ciganjur, Jakarta Selatan.

Di Menteng Pulo, harga yang ditawarkan para penggali makam juga tak jauh beda dengan yang di Cipinang Besar, yakni 1,5 hingga 2 juta termasuk tenda, rumput dan batu nisan.

“Enggak usah pakai tenda biar murah. Cuma 1,5 juta,” kata seorang pria paruh baya yang menyebut namanya “Banteng” dan juga mengaku siap dihubungi 24 jam.

“Syaratnya cukup keterangan surat kematian aja dari rumah sakit, sama pengantar RT dan RW,” katanya meskipun sesuai aturan makam tumpang harus mendapat izin ahli waris.

Banteng mengatakan, sudah tidak ada lahan kosong di Menteng Pulo untuk pemakaman baru. Semua jenazah dikebumikan dengan sistem tumpang.

Saya sempat berjalan beberapa ratus meter di areal makam. Di sana-sini tampak makam yang tertutup semak belukar, pepohonan dan rumpu liar setinggi kurang lebih dua meter. Ada tukang ojek, warung makan, juga lagi-lagi kawanan kambing.

Harga yang sama juga ditawarkan saat saya mendatangi pemakaman Karet Bivak di Jakarta Pusat.

Pemakaman Cipinang Besar, Menteng Pulo dan Karet Bivak adalah tiga dari tujuh puluh delapan tempat pemakaman umum di seluruh Jakarta yang totalnya menurut Wargo mencapai lebih dari 516 hektar. Luas Cipinang Besar mencapai 160.190 meter persegi, Menteng Pulo mencakup areal seluas 413.207 meter persegi dan Karet Bivak seluas 161.861. Meski para penggali makam kerap mengklaim masih banyak lahan baru yang bisa digunakan, data dari Wargo menunjukkan sebaliknya. Ketiga kompleks pemakaman itu sudah penuh.

Dari tujuh puluh delapan kompleks pemakaman, hanya delapan yang belum penuh. Berikut datanya, luas dalam meter per segi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun