Dalam data yang diberikan Wargo, terdapat asumsi pemerintah jika lahan diuruk akan mampu mencukupi kebutuhan pemakaman hingga tahun 2018. Dinas Pemakaman pernah menargetkan pematangan lahan seluas 18,37 hektar per tahun dan dimulai dari tahun 2011 hingga tahun 2018. Namun, rencana tersebut hanya di atas kertas karena nyatanya tahun ini tidak ada program pengurukan dengan alasan biayanya tidak dianggarkan. Bahkan, seperti disampaikan Catharina, pemerintah hanya mengira-ngira bisa menguruk satu sampai dua hektar mulai tahun depan.
“Ada pengurukan di satu pemakaman tapi bukan buat dipakai untuk makam baru. Di Tanah Kusir. Cuma buat jalan aja, tadinya nggak ada jalan, sekarang ada,” kata Wargo.
Wargo memperkirakan tiap hektar lahan yang belum siap pakai membutuhkan biaya pengurukan antara 1,5 hingga 2 miliar atau minimal 192,84 miliar untuk lahan seluas 128,56 hektar. Lahan yang siap diuruk tersebar di beberapa tempat antara lain pemakaman Tanah Kusir, Jakarta Pusat; Kampung Kandang, Jakarta Pusat; Srengseng Sawah, Jakarta Pusat, Pondok Ranggon, Jakarta Pusat; Kampung Kandang, Jakarta Pusat; Semper Jakarta Utara; Tegal Alur Jakarta Barat dan Pondok Kelapa, Jakarta Timur.
II
JIKA anda naik kendaraan dari Terminal Kampung Melayu ke arah Jalan Otista, Jakarta Timur, lalu belok ke kiri setibanya di lampu merah di depan pom bensin menuju kompleks perumahan Pesatuan Wartawan Indonesia, anda akan melewati Taman Pemakaman Umum Cipinang Besar Utara. Areal pemakaman ini secara mencolok terlihat ketika anda sampai di perempatan jalan sesudah melewati jembatan. Belok ke kiri menuju Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti dan jalan lurus menuju perumahan PWI.
Saat berkunjung pada Rabu lalu, saya melihat pemakaman ini tak terawat, terutama di kompleks kuburan orang-orang Cina. Dinding pemakaman penuh coretan, pagar kusam berdebu, bangunan makam pecah dan belumut serta ditumbuhi rumput liar yang tinginya di beberapa tempat kurang lebih mencapai dua meter. Tak heran, tempat ini dimanfaatkan warga sekitar untuk mengembalakan puluhan ekor kambing. Selain tak terawat, kuburan ini juga mengeluarkan kesan angker.
Memasuki areal pemakaman muslim, saya bertemu Amir, pemuda duapuluhan tahun yang ketika itu sedang makan siang, rambutnya ikal dan mengaku sebagai penggali kubur.
“Berapa biaya pemakaman jenazah baru di sini?”
“Kalau di sini. A I satu setengah juta, tempatnya enak, gampang kalau ziarah,” kata Amir, “Tapi kalau mau yang murah ada A II di belakang.”
“Mahal juga ya, enggak bisa kurang?”
“Ya bisa negolah, kita bantu, istilahnya kan kita juga mbantu.”
“Itu sudah sama penyewaan tenda waktu acara pemakaman?”
“Kalau sama tenda lain lagi, bisa nyewa tenda yang biasa buat kawinan atau tenda terpal itu.”