Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Ada 3 Sikap "Aneh" Orangtua yang Tanpa Disadari Mendorong Kriminalitas Siswa

29 September 2023   20:30 Diperbarui: 30 September 2023   12:30 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunikasi terbuka dan kerjasama antara sekolah dan orangtua perlu ditingkatkan, sehingga dapat bekerja bersama-sama dalam membentuk generasi yang bebas dari kekerasan. 

Hanya dengan kolaborasi yang kuat dan kesadaran yang mendalam dari orangtua maka kita dapat mengatasi masalah kekerasan oleh siswa di masa depan.

Tindakan orangtua yang dapat menumbuhkan benih kekerasan dalam diri anak

Salah satu penyebab yang menjadi akar permasalahan adalah ketidakseimbangan antara pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal yang diterima di lingkungan keluarga. 

Khususnya orangtua dan keluarga memiliki peran kunci dalam membentuk karakter anak. Dan kurangnya perhatian terhadap aspek pendidikan non-akademis di rumah dapat menyebabkan kekosongan moral dalam diri anak yang berujung pada tindakan kekerasan.

Berdasarkan pengalaman saya dalam menghadapi siswa bermasalah terkait kekerasan ini, ada beberapa hal dalam respon orangtua yang sekiranya tidak sejalan dengan upaya pembinaan. Sehingga siswa bermasalah tersebut semakin menjadi-jadi.

1. Stop orangtua selalu membela anak meski berbuat salah

Fenomena yang sering kali kita saksikan adalah perilaku orangtua yang cenderung selalu membela anak-anak mereka, bahkan ketika anak-anak tersebut telah melakukan kesalahan atau bahkan melalukan kekerasan pada temannya. 

Terlepas dari niat baik untuk melindungi anak, sikap ini seringkali dapat menginsyaratkan bahwa orangtua selalu menganggap anak mereka tak pernah salah. Padahal, dalam menghadapi kesalahan anak, berhati-hati dan memberikan arahan yang tepat adalah langkah yang sangat penting.

Ketika orangtua secara tegas membela anak yang telah bersalah, itu sebenarnya dapat mempengaruhi anak untuk tidak bertanggung jawab atas tindakannya. Ini dapat menciptakan pemahaman yang salah pada anak tentang hak dan kewajiban, serta mengajarkan mereka untuk tidak menghadapi konsekuensi dari perbuatan mereka. 

Ketidakpedulian orangtua terhadap tindakan salah anak, baik di dunia nyata maupun online, bisa berdampak serius pada perkembangan anak. 

Terutama dalam era digital, di mana anak-anak memiliki akses tak terbatas ke berbagai informasi, orangtua harus menjadi bijak dengan tidak semua harus dibela mati-matian. 

Seharusnya ketika orangtua merasa bahwa anak telah melakukan kesalahan, penting untuk menghadapinya dengan pendekatan yang penuh kepedulian dalam upaya mendidik, bukan dengan membela mereka secara buta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun