Kita tidak boleh melupakan peran berbagai faktor eksternal yang menjadi katalisator dalam munculnya perilaku kekerasan dan bullying di kalangan generasi muda.Â
Di era digital, era media sosial, era teknologi dan arus informasi yang begitu cepat, serta di era disrupsi dalam pola pergaulan anak-anak kita menghadapi tantangan begitu kompleks.
Pengaruh media sosial dan potensi paparan konten yang mungkin tidak sesuai untuk usia anak-anak ini dapat mempengaruhi perilaku, termasuk kemungkinan keterlibatan dalam tindakan kekerasan.Â
Pola pergaulan dan interaksi dalam masyarakat juga berperan besar dalam memicu tindakan kekerasan. Adanya tuntutan atau tekanan dari lingkungan sekitar, serta pengaruh teman sebaya dapat mendorong anak-anak untuk mengambil tindakan yang mungkin tanpa disadari akan membuat mereka menyesal di kemudian hari.Â
Dalam menghadapi tantangan ini, langkah-langkah preventif dan edukatif menjadi kunci. Masyarakat perlu berkolaborasi dalam membentuk lingkungan yang mendukung dan memotivasi anak-anak untuk tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan berempati.Â
Apakah orangtua sudah sepenuhnya menjadi support system pembebasan tindakan kekerasan oleh siswa?
Kolaborasi dan sinergitas antara guru/sekolah dengan orangtua/keluarga adalah landasan utama dalam membentuk karakter anak-anak yang bebas dari kekerasan.Â
Kedua pihak ini seharusnya memiliki visi dan misi yang sejalan dalam upaya mewujudkan generasi muda yang berkualitas, berintegritas, dan tahan terhadap godaan perilaku kekerasan.Â
Di luar sana, masih ada tantangan besar yaitu kesadaran yang belum merata di kalangan orangtua mengenai peran mereka dalam pendidikan karakter anak. Terkadang tanpa disadari ternyata sikap orangtua yang kurang pemahaman dapat merangsang perilaku kekerasan oleh siswa.
Salah satu masalah utama adalah ketidakpahaman mengenai konsep "support system" dalam pendidikan karakter.Â
Beberapa orangtua mungkin masih memandang pendidikan sebagai tugas eksklusif sekolah, tanpa menyadari bahwa mereka juga berperan penting sebagai pilar pendukung dalam proses ini.Â
Ketika orangtua dan sekolah memiliki pemahaman yang berbeda atau tidak sinkron mengenai peran mereka, maka bisa menimbulkan kebingungan pada anak-anak yang akhirnya dapat mempengaruhi perilaku mereka.