Komunikasi terbuka dan kerjasama antara sekolah dan orangtua perlu ditingkatkan, sehingga dapat bekerja bersama-sama dalam membentuk generasi yang bebas dari kekerasan.Â
Hanya dengan kolaborasi yang kuat dan kesadaran yang mendalam dari orangtua maka kita dapat mengatasi masalah kekerasan oleh siswa di masa depan.
Tindakan orangtua yang dapat menumbuhkan benih kekerasan dalam diri anak
Salah satu penyebab yang menjadi akar permasalahan adalah ketidakseimbangan antara pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal yang diterima di lingkungan keluarga.Â
Khususnya orangtua dan keluarga memiliki peran kunci dalam membentuk karakter anak. Dan kurangnya perhatian terhadap aspek pendidikan non-akademis di rumah dapat menyebabkan kekosongan moral dalam diri anak yang berujung pada tindakan kekerasan.
Berdasarkan pengalaman saya dalam menghadapi siswa bermasalah terkait kekerasan ini, ada beberapa hal dalam respon orangtua yang sekiranya tidak sejalan dengan upaya pembinaan. Sehingga siswa bermasalah tersebut semakin menjadi-jadi.
1. Stop orangtua selalu membela anak meski berbuat salah
Fenomena yang sering kali kita saksikan adalah perilaku orangtua yang cenderung selalu membela anak-anak mereka, bahkan ketika anak-anak tersebut telah melakukan kesalahan atau bahkan melalukan kekerasan pada temannya.Â
Terlepas dari niat baik untuk melindungi anak, sikap ini seringkali dapat menginsyaratkan bahwa orangtua selalu menganggap anak mereka tak pernah salah. Padahal, dalam menghadapi kesalahan anak, berhati-hati dan memberikan arahan yang tepat adalah langkah yang sangat penting.
Ketika orangtua secara tegas membela anak yang telah bersalah, itu sebenarnya dapat mempengaruhi anak untuk tidak bertanggung jawab atas tindakannya. Ini dapat menciptakan pemahaman yang salah pada anak tentang hak dan kewajiban, serta mengajarkan mereka untuk tidak menghadapi konsekuensi dari perbuatan mereka.Â
Ketidakpedulian orangtua terhadap tindakan salah anak, baik di dunia nyata maupun online, bisa berdampak serius pada perkembangan anak.Â
Terutama dalam era digital, di mana anak-anak memiliki akses tak terbatas ke berbagai informasi, orangtua harus menjadi bijak dengan tidak semua harus dibela mati-matian.Â
Seharusnya ketika orangtua merasa bahwa anak telah melakukan kesalahan, penting untuk menghadapinya dengan pendekatan yang penuh kepedulian dalam upaya mendidik, bukan dengan membela mereka secara buta.