Ketika orangtua terlalu sering membela anak tanpa alasan yang jelas, kita sebenarnya mungkin sedang menciptakan sosok "monster" dalam diri anak.Â
Oleh karena itu, sebagai orangtua, mari bersikap bijak dalam mendidik anak-anak dengan memberikan arahan yang benar, dan membimbing mereka menuju perilaku yang positif bebas kekerasan.
2. Orangtua menentang guru/sekolah dalam proses pembinaan siswa
Mungkin terdengar sulit dipercaya, namun kenyataannya ada orangtua yang terlibat konflik dengan guru atau sekolah ketika anak mereka ketahuan melakukan kesalahan.Â
Kita lihat saja contohnya pada kasus orangtua yang mengketapel mata guru hingga menyebabkan kerusakan fatal atau buta, berita yang beberapa waktu yang lalu viral.
Perlu diingat bahwa seluruh guru dan sekolah memiliki niat baik dalam mendidik dan membina anak-anak dan selalu berupaya keras untuk melakukannya.
Dalam era teknologi pendidikan seperti saat ini, pembinaan bukan hanya tentang pengetahuan akademis, tetapi juga membentuk karakter misalnya lewat literasi digital-etika digital-tanggung jawab digital.Â
Guru dan sekolah saat ini berusaha mengintegrasikan aspek-aspek ini ke dalam kurikulum, seperti mengajarkan penggunaan yang bijak dalam media sosial.Â
Namun, terkadang orangtua bisa zkesulitan dalam menerima kritik atau saran dari pihak sekolah.
Kasus yang sangat ekstrem berupa kekerasan fisik terhadap guru adalah peringatan keras bahwa kita perlu mendekati permasalahan ini dengan pemahaman akan kompleksitasnya.Â
Orangtua memiliki hak untuk berperan aktif dalam pendidikan anak mereka, tetapi harus dilakukan dalam perspektif yang menghormati peran guru dan sekolah.Â
Kolaborasi antara guru, orangtua, dan sekolah adalah kunci dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman bagi anak-anak, di mana mereka bisa tumbuh tanpa terpengaruh oleh kekerasan.