“Dengan senang hati Berry,” sahut elm girang, “Granny-mu pasti tahu aku gemar makan, jadi beliau mengundangku makan malam.”
“Baiklah, jangan lupa. Jum’at malam, jam tujuh tepat. Kalau kau datang terlambat, makanannya akan aku habiskan,” ancam Berry.
“Tentu saja, aku tak akan pernah terlambat untuk urusan makan.”
***
Surprise. Berry tak mampu berkedip saat membuka pintu. Seorang pria muda berdiri di hadapannya. Memakai setelan jas berwarna brokenwhite. Lembaran rambut hitamnya tersusun rapi mengkilat. Aroma parfume berbahan radiant musk, tercium penuh kelembutan. Lenyap sudah predikat belel, usang dan kumal.
Sekotak coklat, segenggam buah cranberry segar dan sehelai kartu ucapan. Melengkapi kehadiran Elm. Berry menerima sambil tersipu, terutama saat membuka kartu ucapan manis. Berbahan kumpulan daun Elm kering, indah sekali, tergambar jelas ketelatenan si pembuat. Sederet tulisan berwarna merah hati turut menghiasi. ‘I love You’. Rona di pipi gadis cantik itu, semakin memerah.
Kini Berry telah memiliki cerita manis untuk ditulis menjadi sebuah kisah. Di atas buku harian maple indah buatannya.
Dengan santun Elm memuji masakan granny. Membuat sang nenek ikut tersipu. Granny langsung jatuh hati pada Elm. Seperti Berry, yang tengah merasakan semi di musim gugur kali ini.
“Masakan paling lezat dan paling pas disantap saat malam di musim gugur,” ujar Elm, sambil menempelkan telunjuk dan ibu jari ke bibir. “ Yumm.”
“You are so sweet, Elm,’ ujar granny sambil melirik ke arah Berry, memberikan kedipan menggoda.
Berry dan Elm, menikmati sisa jam malam di halaman belakang. Hangatnya kebersamaan mereka, tak terusik angin di penghujung musim gugur yang kian dingin.