Berry merenggut, namun dalam hati ia membenarkan kata-kata pemuda itu. “Tapi Cranberry itu adalah obat penyakit jantung. Mengandung anti oksidan tinggi, dan... sudahlah,” ia berujar, membela diri.
“Baiklah, tak perlu marah. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih,” ia tersenyum tulus, “Thank you very much, Berry. Untuk membantuku mendapatkan topiku kembali. Dan memberikan sisa poutinemu hingga aku tak kelaparan.”
“Your welcome, senang sekali bisa menolongmu. Dan membuatmu kenyang,” tukas Berry, seraya balas tersenyum, “lalu namamu? Siapa?”
“Elm,” desisnya.
“What?”. “Elm.”
“Elm?” Berry tertawa renyah,”mengingatkan aku pada...”
“Iya, aku tahu. Pasti pohon Elm. Pohon rindang dan kokoh...” tebak Elm.
“Bukan itu... tapi mengingatkan pada Elmo, kau tahu? Monster mungil berwarna merah. Salah satu tokoh sesame street favoritku.”
Mereka lalu terkekeh bersamaan. Angin sepoi musim gugur menerpa wajah berseri milik mereka. Memainkan anak rambut sekaku daun cemara jarum, milik Elm.
***
“Aku membuatnya menjadi sebuah buku harian. Untuk menuliskan kisah, cinta pertamaku.”