Jelas Berry saat Elm bertanya, tentang daun maple kering yang ia kumpulkan.
“Jadi sampai usia 21 tahun ini, kau belum pernah jatuh cinta?” selidik Elm, raut lega tergambar di wajahnya.
“Kenapa memilih maple?” tanya Elm,”kau bisa juga menggunakan jenis daun lain seperti elm, kan?
“Aku tak suka E(e)lm, maksudku bukan tak menyukaimu. Kau tahu kan? Daun elm terlalu kecil. Sulit untuk menuliskan sesuatu di atasnya,”
“Benarkah? Menurutku sesuatu yang terlihat sulit. Hasilnya akan menjadi lebih indah.”
Mereka kian akrab. Setiap hari selalu ada kisah baru dan segar. Laksana cuaca sore penghujung musim gugur. Pohon-pohon maple, oak dan elm yang berjajar hampir usai menanggalkan ratusan helai daun. Hingga menyisakan batang dan ranting kerin, menyiapkan kedatangan musim dingin nanti.
“Aku sudah menyelesaikan buku harianku, Elmo,” canda Berry.
“Boleh aku lihat?”
“Tentu saja, tapi aku belum menuliskan kisahnya. Aku membutuhkan cerita paling manis.”
“Seperti apa?” tanya Elm.
“Aku belum tahu, Oh ya... Granny mengundangmu makan malam, ia bilang akan menyiapkan masakan spesial untukmu.”