“Itu topiku,” ujarnya girang, “anjing itu meninggalkan di sini,” seraya bergegas memungut sang topi favorit.
“Euywwwhh, air liur anjing itu menempel di topimu,” Berry bergidik.
“Tak apa, aku akan mencucinya nanti,” binar bangga terlihat, saat ia mengagumi topi dengan beberapa bagian telah terkoyak. Sejak lama.
“Oh no, my poutine.” Berry lekas memeriksa kotak bekal, sedikit berantakan. Tapi masih layak untuk dimakan.
“Apa itu? Aromanya sedap sekali.”
Pemuda ber-trade mark ‘antik’ itu, langsung melahap sekotak poutine yang disodorkan Berry. Nafsu makannya terlalu tinggi? Atau ia mungkin kelaparan. Membuat Berry merasa kenyang, seketika.
“Anyway, aku belum tahu namamu. Tidak lengkap rasanya berterima kasih tanpa menyebutkan nama.”
“Aku Berry,” jawab gadis itu datar. “Itu nama panggilanku, kependekan dari ...” ragu, untuk meneruskan. Berry mengalihkan pandangan ke arah sungai.
“Kependekan dari apa?”
“CranBerry.”
Tawa anak laki-laki itu meledak seketika, untung saja suapan terakhir poutine telah masuk kerongkongan. “What? That CranBerry. Apa orangtuamu tak bisa mencari nama lain?”, tukasnya,”Seperti, Strawberry Shortcake, Raspberry Torte, Honey Marble, atau Blueberry Muffin.”