Mohon tunggu...
Ainaya Safira
Ainaya Safira Mohon Tunggu... Guru - Jangan takut untuk mencoba

Memang baik menjadi orang hebat, tapi lebih hebat menjadi orang baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Detik Terakhir

6 Februari 2020   05:35 Diperbarui: 6 Februari 2020   05:39 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Semua peserta loma telah menampilkannya. Kini, tinggal pengumuman juara lomba.

''Baik. Untuk semua peserta maupun coach (pelatih) diharapkan berkumpul mendekati sumber suara. Kalau sudah semuanya berkumpul, saya akan mengumumkan yang menjadi pemenang nomor satu dan masuk ke dalam tingkat nasional. Juara pertama diraih oleh (serentak keadaan hening). Penasaran? Juara satu diraih oleh Ristya Ulfah Syahna dari kontingen Bandung.'' Kata MC.

            Seketika keadaan menjadi riuh gemuruh dengan dipadati beribu-ribu orang. Tangis bahagia terlihat dari wajah Ristya. Ternyata, apa dikatakan ibunya benar. Do'a seorang ibu memang mustajab. Ibunya yang tidak pernah berhenti dalam mendo'akannya. Namun, dia terfokus kepada laki-laki berbaju merah yang berlarian kesana dan kemari seperti yang sedang mencari-cari seseorang namun tak kunjung ditemuinya. Ternyata laki-laki itu semakin mendekat ke arah Ristya.

''Ristya ........'' Ucap laki-laki berbaju merah sembari berteriak ditengah kerumunan orang yang tertuju padanya.

''Om beni! (Dia merasa terkejut) ada apa jauh-jauh om kesini? Pasti mau tahu kan aku juara keberapa? Aku juara satu om, dan ini mendalinya. Dan aku lolos ke tingkat nasional.'' Balas Ristya sembari memeluk.

(Omnya segera melepas pelukan dengannya) ''Bukan itu yang menjadi tujuan utama om, ayo cepat pulang. Ibu sedang tidak baik-baik.'' Ucap Omnya sembari menarik tangan Ristya untuk segera bergegas pulang.

''Ada apa dengan ibu om?'' Tanya Ristya detak jantung pun semakin berdebar-debar.

            Omnya hanya terdiam. Sampailah dirumah ibu.

''Ibu? (Ristya menangis) Ibu meninggal om? Bilang padaku siapa yang menyebabkan ibu meninggal? Aku pasti mimpi kan? Ibu ga mungkin meninggal. Aku yakin ibu hanya sedang tidur. Ibu .... Bangun. Apakah ibu tega meninggalkan aku sendirian? Dulu ayah yang meninggalkanku, dan sekarang ibu. Tadi sebelum berangkat, ibu bilang aku akan juara pertama. Dan sekarang, semua terwujud bu. Bangun bu ....'' Ristya menangis dengan memeluk jasad ibunya yang sudah terbalut kain kafan.

            Semesta kembali membuatnya kecewa. Ristya benar-benar rapuh. Dia telah kehilangan sebagian motivasi hidupnya. Kini, Ristya tinggal sendirian. Ibunya telah menjadi saksi akan keberhasilannya. Ibu yang selalu memberi semangat, meyakinkan dirinya, dan tidak pernah lepas mendo'akannya. Kini dialah yang harus senantiasa mendo'akan ibunya. Hari ini menjadi saksi sejarah akan kematian ibunya. Kini, canda tawanya, semangatnya, kasih sayangnya, perhatiannya hanyalah tinggal kenangan.

''Seandainya tadi aku tidak berangkat untuk lomba, pasti aku masih bisa bersama ibu. Ibu mengkhianati janji untuk terus menemaniku hingga aku menjadi atlit nasional. Aku gagal membahagiakan ibu.'' Ucap Ristya seperti yang tidak ada semangat hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun