Setelah percakapan itu, kakek mengajak mereka untuk duduk di tepi sungai. "Hiduplah seperti air. Mengalir, tanpa terlalu banyak berpikir. Temukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil," nasihat kakek.
Dika merenung. "Tapi bagaimana jika kita salah arah?" tanyanya.
"Tidak ada arah yang benar atau salah. Yang penting adalah perjalanan itu sendiri," jawab kakek sambil tersenyum.
Mereka menghabiskan waktu berjam-jam mendengarkan cerita kakek tentang kehidupannya. Kakek itu menceritakan pengalamannya, kegagalan, dan bagaimana ia menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana.
"Sejak itu, kakek belajar bahwa kita tidak perlu mengerti segalanya untuk menikmati hidup. Kita hanya perlu merasakannya," tutup kakek dengan bijak.
Setelah kakek pergi, Dika dan Nia duduk diam di tepi sungai. Dika merasa hatinya lebih ringan. "Nia, aku merasa... aku bisa mulai memahami sedikit demi sedikit."
"Bagus! Kadang kita perlu mendengar dari orang lain untuk menemukan jawaban kita sendiri," jawab Nia, bersemangat.
---
Malam pun tiba, dan mereka memutuskan untuk pulang. Dika merasa bersemangat. "Aku ingin mulai menulis lagi. Mungkin aku bisa mengekspresikan apa yang kutemukan hari ini."
"Bisa jadi sebuah blog atau jurnal. Siapa tahu, banyak orang yang juga mencari jawaban yang sama," Nia mendorong.
Keesokan harinya, Dika mulai menulis. Setiap kata yang ia tulis terasa seperti langkah kecil menuju pemahaman. "Kehidupan bukan tentang menemukan jawaban, tapi tentang merayakan perjalanan," tulisnya dalam jurnalnya.