"Dika, setiap debu punya perannya masing-masing. Kita bisa menjadi penting bagi orang lain, meskipun kita kecil," jawab Nia.
Sementara mereka berbincang, tiba-tiba mereka melihat seorang kakek tua mendekati mereka. "Apa yang kalian bicarakan, anak-anak?" tanyanya sambil tersenyum.
"Kami... sedang mencari arti hidup," jawab Dika ragu-ragu.
Kakek itu tertawa kecil. "Ah, pertanyaan yang berat. Tapi, kadang jawaban ada di tempat yang tidak kita duga."
"Bagaimana kakek bisa tahu?" Nia penasaran.
"Kakek telah menghabiskan banyak waktu di sini. Alam mengajarkan saya banyak hal. Kadang kita perlu berhenti mencari dan mulai merasakan," kata kakek itu sambil menunjuk ke arah pohon besar di dekat mereka.
"Rasakan? Maksudnya?" Dika bertanya.
"Coba peluk pohon itu. Rasakan getaran hidupnya," kakek itu mendorong.
Dengan ragu, Dika mendekati pohon itu dan memeluk batangnya. Ia terkejut merasakan kehangatan dan getaran lembut. "Wow, ini aneh... tapi nyaman," ujarnya sambil tersenyum.
Nia bergabung dan ikut memeluk. "Kakek, apa maksudnya?" tanyanya.
"Pohon ini tidak bertanya mengapa ia ada. Ia hanya tumbuh, memberi oksigen, dan menjadi rumah bagi banyak makhluk. Hidup juga bisa sederhana seperti itu," kakek menjelaskan.