Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Serindit Kecil

17 Desember 2022   10:01 Diperbarui: 17 Desember 2022   10:21 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku hanya ingin ibuku kembali," tukasnya.

"Aku mengerti perasaanmu. Kita sama-sama berharap demikian. Jika kau ingin tinggal sementara bersama kami, itu akan sangat menyenangkan," sahutnya.

"Tidak, terima kasih. Aku akan pulang ke tempatku," ucapnya.

"Jaga dirimu baik-baik, sobat kecil!" imbuhnya.

..........

Sang mentari mulai tergelincir ke ufuk barat saat serindit kecil melintas dalam perjalanan pulang. Perlahan-lahan semburat lembayung senja kian tampak dan langit pun kian temaram. Sang rembulan mulai bersiap-siap menjemput malam untuk kembali ke peraduannya.

Serindit kecil heran saat melewati suatu tempat yang terlihat asing baginya. "Apakah aku tersesat? Aku merasa belum pernah lewat tempat ini sebelumnya saat bersama Ibu. Daerah ini rupanya dihuni oleh manusia. Apakah mereka yang menangkap Ibu? Mungkin saja Ibu ada disana. Sebaiknya aku turun untuk melihat-lihat," gumamnya penasaran.

Dengan penuh kehati-hatian, serindit kecil mengendap-endap di perkampungan yang terdiri hanya beberapa rumah kayu bermodel panggung itu. Meskipun penerangan yang digunakan di kampung itu terbatas, penglihatan serindit kecil cukup tajam untuk mengenali benda-benda yang ada di sekitarnya.

Setelah mencari-cari di setiap rumah, ia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan ibunya. Saat tiba di rumah yang terakhir, badannya terasa begitu letih karena seharian ia sangat sibuk kesana kemari pasca sang ibu ditangkap pemburu. Rasa kantuknya semakin tak tertahan terlebih saat hujan mulai turun. Akhirnya ia pun jatuh terlelap di sebuah gubuk tua yang sudah tidak terpakai lagi.

Namun dalam kondisi setengah sadar ia seperti mendengar suara gonggongan anjing. Ia sangat berharap hal itu hanyalah bagian dari mimpinya. Akan tetapi suara itu malah bertambah keras dan lebih nyata dari sekadar mimpi belaka. Matanya yang sempat terkatup beberapa saat menjadi terbelalak ketika menyaksikan seekor anjing yang terus menyalak ke arahnya.

Meski ia bertengger di langit-langit gubuk tua itu, anjing itu mengetahui keberadaannya. Gonggongan itu memancing beberapa orang pria di kampung datang untuk melihat apa yang mengganggu si anjing. Mengetahui ada tamu tak diundang, para pria itu mulai mengusir serindit kecil dari tempat sembunyinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun