Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ranti (2/3)

23 Juli 2022   10:01 Diperbarui: 23 Juli 2022   10:04 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang siang itu, sebuah mobil jeep hitam berhenti dan parkir di depan sebuah rumah tua mewah. Terdengar suara mesin mobil itu dimatikan lalu seseorang turun diikuti suara pintu mobil dibanting. Sambil memperhatikan rumah itu dari luar, pria itu menginjak sisa puntung rokoknya yang masih menyala di tanah.

Ia merunduk saat melintasi police line yang terpasang di depan rumah itu. Di dalam rumah, tampak beberapa orang petugas sedang sibuk melakukan pekerjaannya. Salah seorang dari mereka menyapanya, "Siang, Dan!"

Komandan, panggilan akrab anak buah padanya, hanya membalasnya dengan anggukan sambil terus melaju menuju lantai atas. Para bawahan yang sudah mengenalnya tidak begitu heran dengan sikap dingin sang atasan. Selain perfeksionis, ia juga dikenal sebagai pribadi yang sedikit bicara banyak kerja. Beberapa ciri menonjol itu seperti sudah menjadi trade mark yang melekat pada dirinya.

Sebagai seorang perwira polisi, Komandan Vito telah malang-melintang dan banyak makan asam garam. Dalam 20-an tahun karirnya, berbagai pos pernah ia singgahi sebelum mengisi posisinya saat ini. Selama karirnya, banyak kasus besar pernah ia tangani. Beberapa diantaranya mendulang keberhasilan. Tak heran dengan track record tersebut, kiprah dan reputasinya sebagai seorang perwira dengan segudang portofolio, jadi dikenal luas.

Di kamar yang sedang ia tuju itu, terlihat tiga orang petugas sedang melakukan olah TKP. Ia  masuk lalu menatap ruangan itu seakan coba menerawang dan meraba bekas kejahatan yang tersisa di setiap jengkal sudut kamar itu. Pandangannya kemudian tertuju pada sosok jasad yang terbujur kaku di atas tempat tidur.

"Gimana sejauh ini?" tanyanya to the point.

"Korban seorang wanita. Bernama Hilda van Heusen. Keturunan Belanda dari ibunya. Selama ini ia tinggal disini bersama sang ibu yang sudah meninggal tiga tahun lalu. Statusnya di KTP single. Berusia 55 tahun. Penyebab kematian belum bisa dipastikan. Namun ada bekas lilitan di leher yang mengarah pada cekikan atau jeratan sesuatu. Waktu kematian sekitar satu atau dua bulan yang lalu."

"Dan yang menarik, tubuh si korban ternyata telah diawetkan alias dijadikan mumi. Itu sebabnya mayatnya masih awet dan tidak bau meski sudah agak lama. Benar-benar tidak bisa dipercaya," sambungnya.

"Bagaimana bisa si pelaku melakukan hal gila semacam ini? Tampaknya ia benar-benar ahli dalam hal ini," ujar komandan sambil mengamati tubuh si mayat dari jarak dekat.

"Sambil menunggu hasil lab, coba periksa apapun yang terkait dengan korban. Tagihan telepon, kartu kredit, rekening bank atau koran, HP, teman, kerabat, tetangga, atau siapapun. Cepat atau lambat kita akan segera membekuk pelakunya," arahnya.

"Siap, Komandan!" sahutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun