Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ranti (2/3)

23 Juli 2022   10:01 Diperbarui: 23 Juli 2022   10:04 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Butuh beberapa saat baginya untuk menyadarkan diri setelah kejatuhan naas itu. Sambil meringis menahan sakit karena kakinya terkilir, ia berusaha bangkit dan kembali menuruni tangga dengan berpegangan pada railing tangga. Tak hanya kakinya saja, bahu, lengan, dan kepalanya juga terasa sakit akibat benturan tersebut. Dengan sisa-sisa tenaganya, ia berjuang agar bisa sampai ke bawah.

Saat tiba di bawah, ia merasa begitu lega meskipun rasa sakit terasa di beberapa bagian tubuhnya. Dengan langkah tertatih-tatih, ia segera meraih HP-nya untuk menghubungi Bagas.

"Tuuut!" terdengar bunyi nada panggilan yang panjang dan berulang.

Sesaat kemudian ia tiba-tiba terperanjat oleh bunyi benda yang jatuh. Bak terjadi gempa bumi, satu per satu pajangan dan hiasan yang tergantung di dinding berjatuhan. Begitupun benda-benda yang ditaruh di atas meja dan dalam lemari. Bahkan cermin besar itu pun ikut jatuh sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Seketika lantai dipenuhi dengan barang-barang yang hancur, pecah, dan berserakan.

"Cepat-cepat, angkat!" ucapnya saat memperhatikan HP sambil terus berjalan terseok-seok menuju pintu depan.

Dengan sangat hati-hati, ia melangkah di lantai yang penuh dengan pecahan dan serpihan barang yang berhamburan. Hanya tinggal beberapa langkah lagi dari pintu depan, mendadak semua lampu mati.

"Oh, tidak!" ucapnya panik sambil terus melanjutkan langkahnya pelan-pelan dengan memanfaatkan cahaya temaram dari layar HP mungilnya.

Saat lampu menyala kembali, ia merasa seperti ada sebuah kekuatan tak kasatmata yang kemudian mendorong hingga membuatnya terjerembab. Akibatnya, HP yang digenggamnya terlepas dan terhempas namun masih tetap menyala. Saat tergeletak menahan sakit yang seakan datang tiada henti, tiba-tiba saja rambutnya dijambak lalu ditarik oleh kekuatan tersebut.

Tidak sampai disitu saja, kekuatan itu kembali menyeretnya di sepanjang lantai yang berantakan dengan berbagai benda dalam posisi yang menengadah ke atas.

"Lepaskan! Arrrhhh!" pekiknya meronta-ronta.

"Tolong!" teriaknya semakin keras saat serpihan benda tajam mengenai tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun