Kata manismu membuatku yakin kepadamu
Hingga membuatku terlena
Mengapa kini kurasakan lain di hatiku
Kau diam dan acuh tak acuh
Sering kau marah tanpa alasan"Â
Dengan diawali kata "mengapa" lirik lagu ini merupakan kebingungan subjek tentang perubahan sikap sang kekasih kepada dirinya. Kata itu terus diucapkan sebagai representasi dari keterbatasan pengetahuan dan keengganan menelaah kembali peristiwa dan relasi kuasa yang terjadi antara subjek dan kekasihnya.Â
Alih-alih merefleksikan kepatah-hatian, Nike justru jatuh pada fatalisme dengan menyimpulkan kebosanan dan ekspresi perasaan bencinya kepada sang kekasih. Meskipun telah diskaiti, namun subjek dalam lagu ini tampaknya berat untuk melupakan kekasih yang dicintainya.Â
Kelabilan ini senantiasa menghantui seniman musik pop dalam merangkai kata. Padahal, tujuan dari jatuh cinta adalah mencapai kebahagiaan, namun jika cinta membawa petaka dan pesakitan, percayalah cinta yang seperti itu tidak akan pernah membawa subjek pada kebahagiaan.
Beralih dari lagu Sandiwara Cinta, Nike Ardila, selanjutnya diksi candu "mengapa" datang dari band asal Lampung, Kangen Band, yang hari ini digandrungi oleh muda-mudi pada setiap konser musik pasca pandemi. Dengan khusyuk seraya mengaktifkan fitur flash handphone, kawula muda larut dalam penghayatan lirik-lirik patah hati Kangen Band, berikut liriknya:
"Mengapa kau tak membalas cintaku
Mengapa engkau abaikan rasaku