“Sebentar lagi Saudara akan tahu.”
***
Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, mobil berhenti. Kembali sosok cepak berbadan tegap menggiringku dari kiri dan kanan.
“Tinggalkan dia di sini,” perintah pria setengah baya di hadapanku dengan nada yang amat datar, yang langsung diamini oleh mereka, membuatku berpikir keras tentang siapa adanya orang sakti yang ada di depanku ini?
Dan seperti paham apa yang tengah kupikirkan, pria setengah baya tersebut tersenyum samar lalu menyilakanku untuk duduk. Pada mejanya –sekali lagi- kulihat berkas yang persis dengan yang dibeberkan oleh penjemputku, membuatku spontan meringis dengan amat miris.
Alangkah sempitnya dunia! Bahkan data diriku begitu mudah beredar di tangan mereka, lengkap hingga ke catatan terkecilnya.
“Saudara tahu mengapa kami bawa kemari?”
Aku menggeleng.
“Karena Saudara akan kami tempatkan pada posisi Staf Penasehat Kepresidenan untuk Bidang Khusus.”
Agak terbengong aku mendengar keterangan sosok di depanku ini, sebelum detik berikutnya tawaku meledak. Riuh.
Tapi tawaku tak langgeng, yang dengan amat paksa kupenggal periodnya ketika mengetahui, bahwa pria setengah baya di hadapanku tak turut tertawa. Bahkan justru memasang tampang yang jauh lebih serius dari sebelumnya.