Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

#2: Dongeng untuk Jokowi

21 Desember 2015   05:11 Diperbarui: 23 Januari 2016   08:34 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sebentar lagi Saudara akan tahu.”

***

Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, mobil berhenti. Kembali sosok cepak berbadan tegap menggiringku dari kiri dan kanan.

“Tinggalkan dia di sini,” perintah pria setengah baya di hadapanku dengan nada yang amat datar, yang langsung diamini oleh mereka, membuatku berpikir keras tentang siapa adanya orang sakti yang ada di depanku ini?

Dan seperti paham apa yang tengah kupikirkan, pria setengah baya tersebut tersenyum samar lalu menyilakanku untuk duduk. Pada mejanya –sekali lagi- kulihat berkas yang persis dengan yang dibeberkan oleh penjemputku, membuatku spontan meringis dengan amat miris.

Alangkah sempitnya dunia! Bahkan data diriku begitu mudah beredar di tangan mereka, lengkap hingga ke catatan terkecilnya.

“Saudara tahu mengapa kami bawa kemari?”

Aku menggeleng.

“Karena Saudara akan kami tempatkan pada posisi Staf Penasehat Kepresidenan untuk Bidang Khusus.”

Agak terbengong aku mendengar keterangan sosok di depanku ini, sebelum detik berikutnya tawaku meledak. Riuh.

Tapi tawaku tak langgeng, yang dengan amat paksa kupenggal periodnya ketika mengetahui, bahwa pria setengah baya di hadapanku tak turut tertawa. Bahkan justru memasang tampang yang jauh lebih serius dari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun