Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber] Ad Infinitum: Belajar Mati Mengenaskan Ala Bung Karno

28 November 2015   20:13 Diperbarui: 28 November 2015   20:27 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi belum lagi tubuh Rhein menyentuh lantai, ketika sosok tersebut berhasil menangkapnya, walau untuk itu dia harus setengah bersimpuh.

“Kau tidak apa-apa, Rhein?”

“Gie… Benarkah ini kau, Gie…?” bukannya menjawab, Rhein justru balik bertanya. Diusapnya wajah keras yang tengah mengangguk itu, sebelum akhirnya air mata pecah di dada sosok itu, bersama rangkulan erat yang penuh pelepasan perasaan.

Melalui isyarat mata, Gie menyuruh salah satu pengepung dr. Jalal untuk mengambil jarum suntik yang tercecer di lantai.

“A-apa yang hendak kau lakukan, Gie?”

Gie tersenyum.

“Kau percaya padaku, Rhein?”

Sejenak Rhein terkesima mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan khas yang kerapkali dilontarkan Gie sejak mereka masih sekolah dulu, saat ada kejadian apapun yang menimpa hubungan mereka. Pertanyaan yang selalu mengundang angguk darinya sebab dia tahu, setelah anggukannya, Gie dengan cara yang entah bagaimana, selalu mampu membereskan apapun yang terjadi.

Tanpa sadar Rhein mengangguk. Dibiarkannya senyawa phenethylamine tersebut menyelusup ke pembuluh darahnya, memancing neurotransmitter -noradrenaline, serotonin serta dopamine-  yang ada di otaknya untuk meningkatkan aktivitas sinaptiknya.

“Bagaimana? Sudah tidak gemetar lagi?” tanya Gie, yang setelah beroleh anggukan dari Rhein, kembali dia berkata. Tapi kali ini ditujukan kepada dr. Jalal.

“Lain kali, belajarlah tentang obat-obatan dengan lebih jeli, Jalal, atau boleh kupanggil kau dengan nama aslimu, Jono?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun