Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Perempuan Remaja Ini Saya Belajar Banyak Hal

13 Juli 2015   01:21 Diperbarui: 13 Juli 2015   08:33 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atau sambil membunuh waktu, teman wanita saya yang lainnya menjelaskan ini-itu tentang tampon yang katanya jauh lebih efektif dari pembalut biasa, yang sekali lagi, mengumbar jengah dan semburat merah di wajah cantiknya karena siapapun tentu paham bahwa pembicaraan mengenai tampon bukanlah sebuah obrolan yang ladzim untuk remaja berbeda kelamin, bahkan untuk kami yang belum lama menjadi mahasiswa UI sekalipun! Walau kadang saat tengah iseng saya suka berpikir tentang bentuk dan cara memakai alat kewanitaan itu, yang katanya jauh lebih efektif dalam menahan kebocoran karena dalam penggunaannya, sebagian dari alat tersebut harus dimasukkan.

Kebocoran apa? Dimasukkan kemana? Dan banyak lagi pertanyaan berakhiran ‘a’ yang lainnya, yang semakin menguatkan pendapat saya tentang betapa repot dan anehnya menjadi seorang wanita.

Tak berhenti sampai disitu, teman wanita saya yang berbeda lagi kembali membuat saya bingung, ketika saya katakan bahwa keperawanan bukanlah satu-satunya tolok ukur dalam menilai seorang wanita.

Alangkah naifnya, meletakkan beban keagungan seorang wanita hanya berdasarkan selaput tipis itu? Selaput yang bisa saja robek karena terlalu aktif bergerak, olahraga, atau mungkin karena diperkosa serta jutaan sebab lainnya yang hanya Tuhan dan mereka sendirilah yang tahu.

Tahukah kau apa yang dilakukan teman wanita itu usai mendengar omong-kosong saya? Menangis!!! Yang seketika menimbulkan kepanikan dalam diri saya antara ingin memeluk dan menenangkannya, atau justru menendang bokongnya karena menjadikan saya terdakwa di stasiun yang ramai calon penumpang!

Jangan kau duga bahwa wanita yang berbicara dengan saya tentang segala macam selaput dara, tampon atau keperawanan itu adalah cewek-cewek nakal bertampang binal yang senang mangkal. Juga jangan kau sangka mereka membicarakannya sambil menyingkapkan sebagian rok yang dikenakan, atau duduk mengangkang serta dengan gerakan bahu yang maju-mundur menggoda. Seringkali justru merekalah cewek-cewek paling positif yang pernah saya kenal.

Seseorang dari mereka saya kenal secara pribadi sejak usia sangat belia, tanpa sedikitpun cacat karakter yang dimiliki. Yang lainnya adalah gambaran ideal muslimah taat, yang sejak awal kenal telah memproklamirkan diri sebagai jemaat salah satu komunitas religi. Sementara cewek yang menangis di stasiun jelas bukan siapa-siapa. Hanya seorang gadis kampung yang dengan sangat meyakinkan mematahkan rekor lulus tercepat di jurusan UI, dengan tampilan yang tentu saja tak kalah religius dari santriwati manapun. Walau ingatan tentang kenakalannya dulu mengenakan busana tanpa lengan sambil membolak-balik kartu remi saat meramal di kampus, akan mengundang tawa siapapun yang melihatnya kini.

Pernah seorang cewek menantang saya untuk menebak ukuran bagian-bagian paling pribadi miliknya, yang tanpa tedeng aling-aling langsung saya jeblakkan semuanya.

“CD lo M” ucap saya datar, biasa, yang justru dibalasnya dengan rentetan kata-kata setengah berteriak seakan-akan saya adalah seorang maniak yang pernah nyolong jemuran celana dalamnya.

Penasaran, cewek yang kini mengganti nama belakangnya di facebook dengan sejenis minuman khas India campuran susu panas dan teh itu kembali bertanya ukuran yang lainnya.

“Kacamata lo 34, siklus haid lo biasanya dimulai antara tanggal sekian sampe tanggal sekian, dan berakhir tanggal sekian, dengan siksaan nyeri dan ga nyaman di bagian ini dan ini cerocos saya panjang lebar, yang semakin membuatnya bercuit-cuit kebingungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun